Aku tersenyum senang. Hari ini Mas Pras akan melamarku. Dia pria yang baik, tampan, penuh pengertian dan penyayang. Keluarganya merupakan keluarga terpandang. Kaya dan terhormat. Siapa yang tidak senang menjadi menantu keluarga Permana?
Aku teringat ketika pertama kali aku dikenalkan dengan Mas Pras. Berawal dari pertemanan Ayah dan Pak Permana yang sangat erat, membuat Pak Permana ingin berbesan dengan Ayah. Karena Mbak Rianna saat itu bekerja di kota besar, maka akulah yang berkenalan saat mereka sekeluarga datang ke rumah. Sejak saat itu, Mas Pras sering mengunjungiku di rumah, bahkan memintaku menjadi kekasihnya.
Aku yang saat itu belum punya pacar, tentu mau saja menjadi kekasih Mas Pras. Siapa yang menolak menjadi kekasih putra semata wayang Pak Permana yang tersohor? Pasti para gadis di sini kecewa karena akhirnya Mas Pras menjatuhkan pilihannya padaku. Bukankah itu suatu kebanggaan buatku?
"Rani? Tamu-tamu sudah datang. Ayo keluar temui mereka."
Aku tersenyum mendengar suara |buku. Kurapikan kebaya merah muda dengan taburan payet di bagian depannya. Melihat penampilanku sekali lagi di cermin. Hmm... aku terlihat cantik!
”Ya Bu, Rani keluar sekarang,” sahutku berjalan keluar dengan hati-hati. Sendal tinggi berpayet senada dengan kebaya yang kukenakan membuatku hams berjalan hati-hati jika tidak ingin kakiku keseleo meskipun aku sudah terbiasa mengenakan hak tinggi.
Di ruang tamu, ternyata keluarga Permana tidak datang dengan keluarga inti saja, tetapi juga membawa beberapa kerabat. Mas Pras tersenyum
