bisa. Kini adalah saatku, kini adalah waktuku, kini adalah kesempatanku, kini adalah tanggung jawabku.
Sepertinya Papa sudah mempersiapkanku, di dalam kemanjaan yang Papa limpahkan tak lupa di dalamnya Papa juga memberikan tanggung jawab yang harus aku lakukan.
Dari usia dini Papa sudah menggendongku 15 menit sebelum azan subuh untuk dibawa shalat berjemaah di masjid. Terkadang aku merasa berat karena kantukku, tetapi rutinitas yang diterapkan papaku itu tidak berani kutolak. Begitu juga untuk Shalat Isya.
Awalnya kebiasaan itu memang terasa sebagai beban, tetapi seiring dengan perkembangan usiaku semua itu berubah sebagai suatu kebutuhan yang harus kupenuhi. Terasa penyesalan yang dalam apabila aku melewatkannya.
Kini kemanjaan yang diiringi tanggung jawab itu semakin kurasakan manfaatnya. Pola asuhan orangtuaku, khususnya Papa terhadap anak-anaknya kusyukuri betul sebagai anugerah terindah dalam perjalanan hidupku.
Papa memanjakanku tetapi juga menuntut tanggung jawabku. Papa menjadikanku sebagai lelaki yang tumbuh penuh dengan keimanan, percaya diri dan tanggung jawab. Memperkenalkan hak dan batil, halal dan haram, baik dan buruk. Dari dini Papa sudah memberikan ‘garis pembatas yang sangat tebal’ yang harus kami pahami dan jalani, baik di dalam hubungan keluarga, maupun dalam pergaulan di luar.