Jangan pernah makan daging baik daging sapi, daging kerbau, daging onta, ataupun daging kambing tanpa disembelih.
Kebetulan menjelang Hari Raya Idul Adha atau terkadang disebut Idul Qurban, ada juga yang menafsirkan identik dengan penyembelihan binatang secara masal. Berbicara wacana penyembelihan hewan, niscaya muncul pertanyaan di dalam benak sebagian dari kita. Pada program perayaan hari raya Idul Adha binatang disembelih dalam keadaan hidup dan sadar. "Tidak kah lebih manusiawi bila binatang disembelih dalam keadaan pingsan?". Saya sendiripun pernah mendengar pertanyaan menyerupai itu.Secara budi kemanusiaan pertanyaan itu memang menyerupai benar. Tetapi kenapa justru Syariat Islam yang menjadikan pertanyaan di atas. Ternyata....inilah jawaban yang sangat mengejutkan.
Simak penelitian berikut ini :
- Rasulullah SAW tak pernah berguru cardiology tapi syari’atnya mengambarkan penelitian ilmu modern.
- Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf andal peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
- Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah remaja (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam acara jantung dikala darah keluar alasannya yaitu disembelih.
- Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan menyesuaikan diri dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa penyesuaian dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan memakai metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
- Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan memakai pisau yang tajam, dengan memotong tiga terusan pada leher bab depan, yakni: saluran makanan, terusan nafas serta dua terusan pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
- Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan semoga ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
- Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung semenjak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
- Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu sanggup diperoleh beberapa hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan berdasarkan Syariat Islam menunjukkan:- Pertama. Pada 3 detik pertama sesudah ternak disembelih (dan ketiga terusan pada leher sapi bab depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama sesudah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
- Kedua. Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara sedikit demi sedikit yang sangat menyerupai dengan insiden deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada dikala tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
- Ketiga. Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya acara luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota badan dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada dikala darah keluar melalui ketiga terusan yang terputus di bab leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) hingga ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti andal itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
- Keempat. Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar badan secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
- Pertama. Segera sesudah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga gampang dikendalikan. Oleh alasannya yaitu itu, sapi sanggup pula dengan gampang disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada dikala disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
- Kedua. Segera sesudah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat aktual pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, hingga jatuh pingsan).
- Ketiga. Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi bisa memompanya keluar dari tubuh.
- Keempat. Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar badan secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia.
Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar dikala ternak mati/disembelih) merupakan daerah atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya basil pembusuk, yang merupakan distributor utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada dikala ternak disembelih ternyata bukanlah lisan rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi iman kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota badan yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka yaitu leher dengan luka terbuka yang menganga lebar.
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru mengambarkan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh balasannya kedua peneliti andal itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai lisan rasa sakit, melainkan sebagai lisan ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada dikala darah mengalir keluar dengan deras).
Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, alasannya yaitu grafik EEG tidak mengambarkan juga tidak mengatakan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah… Memang selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan wacana kebenaran Islam. Sebenarnya, sudah tidak ada alasan lagi menyimpan rasa tak tega melihat proses penyembelihan kurban, alasannya yaitu kita sudah tahu bahwa binatang ternak tersebut tidak mencicipi sakit ketika disembelih. Dan yang paling penting, kita sanggup mengerti nasihat dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan yang tersimpan di dalamnya.
Masya Allah, semakin Maju Penelitian Ilmiyah Semakin Membuktikan Kebenaran Islam.
Semoga Bermanfaat.