Assalamualaikum..wr.wb?
Mengetahui apa itu Tarekat Al Idrisiyah
Organisasi - Toriqoh Al Idrisiyyah adalah sebuah pergerakan dan bimbingan Islam yang bermanhaj Tarekat dengan Al-Quran dan As-Sunah sebagai sumber ajarannya, dengan mengintegrasikan antara Kepemimpinan dalam tradisi tarekat (yang mempunyai otoritas penuh dalam kebijakan agama) dengan prinsip administrasi modern dan mengimplementasikannya dalam berinteraksi secara internal maupun eksternal.
Ponpes Fadris ini merupakan pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan Islam dan umum yang telah bangkit cukup usang yakni semenjak tahun 1930 sampai kini dan bernaung di bawah Yayasan Al-Idrisiyyah. Menarik bahwa Ponpes Fadris ketika ini mempunyai cukup banyak acara selain mengelola pendidikan , termasuk acara ekonomi yang berupa mini market yang diberi nama Qini Mart.
Tarekat Al-Idrisiyyah tidak terlepas dari sejarah terjang para Guru Mursyid dan tokoh-tokohnya, yang menjadi pencetus Jam’iyah (perkumpulan) Tarekatnya, diantaranya yakni memimpin murid-muridnya berjalan diatas jalan yang telah di gariskan oleh Tuhan dan Rasul-Nya. Guru Mursyid Al-Idrisiyyah yang ada di Indonesia, Tasikmalaya. Dalam pendidikannya yaitu sebuah Formal Keagamaan bimbingan tradisi Sufi dan Pendidikan Pesantren, dan Beliau juga membijaki dalam Dakwahnya yang berupa konsep Tajdid terhadap tiga dasar disiplin Ilmu yaitu Tauhid, Fikih, dan Tasawuf serta metode yang gampang diaplikasikan ditengah kehidupan umatnya. Dengan konsep tersebut dibawah kepemmpinan Beliau Al-Idrisiyyah banyak mendapatakan sambutan hangat dari banyak sekali pihak, baik dikalangan Tarekat maupun non-Tarekat.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad_ibn_Idris_al-Fasi Hasani (1173 – 1253 H / 1760 - 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas'ud ad-Dabbagh Ra.
Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan banyak sekali jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan lantaran beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris menciptakan komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan berbagi ajarannya menjadi suatu sistem fatwa yang lebih spesifik.
Oleh akhirnya tidaklah heran kalau Tarekat Idrisiyyah ini mempunyai kekerabatan yang bersahabat dengan nama-nama Tarekat lainnya, ibarat Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah.
Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya 'Salsabil Mu'in fi Tharaa-iqul Arba'iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu'tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40.
Sejarah Al Idrisiyyah
Nama Al-Idrisiyyah dinisbatkan kepada salah seorang Mursyid Al-Idrisiyyah yang berjulukan Syekh Ahmad bin Idris Ali Al-Masyisyi Al-Yamlakhi Al-Hasani. (1760 - 1837), salah seorang Mujaddid (Neo Sufisme) yang berasal dari Maroko (Maghribi).
Idris, yang kepadanya dinisbatkan nama tarekat ini yakni nama ayah dari pendirinya. Syekh Ahmad bin Idris dikenal sebagai sosok Ulama yang berhasil memadukan dua aspek lahir (syari’at) dan batin (hakikat). Ia juga dikenal sebagai pembaharu dalam dunia tasawuf dari penyelewengan kaum kebatinan ibarat tahayul, khurafat, dan lain lain.
Tarekat Sanusiyyah dibawa ke Indonesia oleh Syekh Abdul Fattah pada tahun 1932. Dia menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi (1875-1933) di Jabal Qubais (Mekkah) dan belajar selama 4 tahun. Kemudian dengan beberapa alasan, Syekh Abdul Fattah mengembalikan nama tarekat Sanusiyyah menjadi Tarekat Al-Idrisiyyah (agar gampang penyebarannya di masa penjajahan ketika itu).
Sejak masuknya ke Indonesia pada masa penjajahan, Tarekat ini sudah mengalami 4 (empat) kepemimpinan. Saat ini tampuk pimpinan tarekat dipegang oleh Syekh Muhammad Fathurahman, M.Ag. Dalam masa kepemimpinannya Al-Idrisiyyah telah berkembang secara pesat dan maju di bumi Nusantara maupun regional Asia.
Sanad Tarekat Al- Idrisiyah
Syekh Ahmad Ibn Idris belajar kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad populer yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya yakni berupa hizib-hizib, di antaranya yakni Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Dia diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui mediator Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah yakni Shalawat 'Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Tarekat Al-Idrisiyyah di Indonesia
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia yakni Tarekat yang dibawa oleh Syekh Muhammad Fathurohman M.Ag.
Syekh Muhammad Fathurrahman lahir tahun 1973 di Tasikmalaya.
Baca Frofil Syekh Muhammad Fathurrohman M.Ag
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum pria berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama'ahnya menjauhi masalah haram dan makruh ibarat merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama'ah termasuk salat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, lantaran banyak berhubungan dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, lantaran alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan Sanusiyyah ketika itu telah dikenal oleh para penjajah Barat
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama'ah Al-Idrisiyyah yakni di setiap waktu ba'da Maghrib sampai Isya dan ba'da Shubuh sampai Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya berjulukan 'Hadiqatur Riyahin' yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari banyak sekali amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Awrad dan Zikir
Membaca Al-Quran satu Juz,Membaca Itighfar Shagir 100 kali,Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rosulullah fii kulli lamhatin wanafasin 'adada maa wasi'ahuu 'ilmullah.Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa 'alaa kulli syay-in qodiir.Memelihara Ketaqwaan.
Awrad pelengkap untuk bertaqaarub kepada Tuhan yakni menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat 'Azhimiiyyah sebanyak 70 kali setelah ba'da Shubuh sampai terbit Fajar.
Pertemuan/ Pengajian Rutin
Diperkirakan ada sekitar 70.000 orang lebih jama'ah Idrisiyyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Tarekat Idrisiyyah yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Fathurahman secara rutin mengadakan acara pertemuan seluruh Santri sebanyak 3 kali dalam setahun di Ponpes Al-Idrisiyyah di Tasikmalaya.
Pengajian rutin majelis Taklim dan Dzikir Al-Idrisiyyah sanggup diikuti setiap malam Jumat (Tasikmalaya) dan hari Ahad (Jakarta). Pengajian diawali dengan Kajian Al-Quran & Fiqih. Materi pengajian biasanya membahas topik kekinian (kontekstual). Setiap majelis senantiasa ditutup dengan do'a dan mushafahah (bersalaman)
Gelar Pemimmpin Al Idrisiyyah
Pemimpin Tarekat Al-Idrisiyyah ini mendapat gelar dari Rasulullah Saw (secara ruhani) yaitu: 'Syekh al-Akbar'. Kemudian pada masa kepemimpinan Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan Ra. mendapatkan pelengkap 'Muhyiddin' dari Dia Saw. Begitu pula pelimpahan mandat kekhalifahan Tarekat Idrisiyyah selalu diinformasikan secara ruhaniyyah, dengan wasilah petunjuk Rasulullah Saw melalui Guru Mursyid sebelumnya.
Pengertian Muhyiddin
Istilah Muhyiddin dalam kepemimpinan Thariqah al-Idrisiyyah ini diberikan oleh Rasulullah Saw melalui Nabi Khidhir As. Bahkan semua Ulama yang dimasyhurkan namanya lantaran memperjuangkan nilai-nilai Sunnah diberikan gelar itu dari Dia Saw. Penyematan gelar itu ditandai dengan kondisi umat yang semakin jauh dari Sunnah Nabi Saw, yang dibawa oleh para Pewarisnya. Ketika Sunnah sudah dianggap asing dan aneh, maka muncullah sosok Muhyiddin yang menghidupkan kembali Sunnah-sunnah tersebut.
Petikan Ungkapan Asy-Syekh Al-Akbar
Di antara petikan ungkapan Syekh al-Akbar yakni bahwa Rasulullah hanya diperintahkan memberikan fatwa Islam, tetapi tidak bersifat memaksa orang untuk mengikuti ajarannya, lantaran petunjuk (hidayah) itu hanya milik Allah. Orang kafir belum tentu konsisten dengan kekafirannya, dan orang yang beriman belum tentu konsisten dengan keimanannya. Umat Islam dilarang egois dengan keislamannya, lantaran Dienul Islam bukan diperuntukkan buat umat Islam saja, tapi untuk seluruh umat.
Syekh al-Akbar memandang perlunya reinterpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur'an maupun Hadits. Tafsir-tafsir ulama yang dahulu tidak cukup untuk mengatasi masalah dunia ketika ini. Ia mengakui bahwa orang ibarat Imam Syafi yakni insan brilian di zamannya, tetapi zaman yang kita hadapi kini berbeda dengan zamannya.
Seorang muslim mesti membawa abjad dan sikap agama yang dibawanya, yakni Islam. Arti Islam yakni keselamatan. Maka, orang Islam mesti membawa nilai-nilai keselamatan dalam banyak sekali aspek kehidupannya. Islam membijaki keselamatan diri dan orang lain. Inilah yang dinamakan konsep Rahmatan lil 'Alamin [Islam membawa rahmat (kasih sayang) kepada seluruh makhluk alam]. Jika seorang muslim membawa kecelakaan atau kebinasaan orang lain tanpa hak, maka tidak pantas istilah muslim itu disandarkan atas dirinya.
Dienul Islam yakni Birokrasi Ilahiyyah
Dia orang yang pertama mengungkapkan bahwa Dienul Islam yakni Birokrasi Ilahiyyah. Dalam pengertian bahwa kepemimpinan, ajaran, nilai-nilai, tatanan kehidupan yang mempunyai kekerabatan yang tiada putus semenjak insan pertama yang dipilih-Nya, yakni Adam As sampai ketika ini. Kelanjutan sistem ini ditandai dengan legitimasi ungkapan Nabi terakhir, yaitu Al-'Ulama Waratsatul Anbiya. Al'Ulama tidak identik (sama) dengan orang pandai (cendekiawan). Tidak semua Ulama yang diwarisi cahaya kenabian. Hanya 'Ulama tertentu saja yang mempunyai kekerabatan bersahabat secara lahiriyyah maupun batiniyyah di setiap masa.
Informasi Tarekat Al-idrisiyyah
Sedangkan website resmi Tarekat Al-Idrisiyyah di Indonesia adalah: http://www.idrisiyyah.or.id
Di kutip dari: Wikipedia dan Al Idrisiyyah website.
Dimaksudkan untuk lebih banyak pembaca yang mengetahui apa itu Tarekat Al Idrisiyyah dan Visi Misinya.
Terimakasi telah membaca
Wassalamualaikum..wr.wb
Mengetahui apa itu Tarekat Al Idrisiyah
Organisasi - Toriqoh Al Idrisiyyah adalah sebuah pergerakan dan bimbingan Islam yang bermanhaj Tarekat dengan Al-Quran dan As-Sunah sebagai sumber ajarannya, dengan mengintegrasikan antara Kepemimpinan dalam tradisi tarekat (yang mempunyai otoritas penuh dalam kebijakan agama) dengan prinsip administrasi modern dan mengimplementasikannya dalam berinteraksi secara internal maupun eksternal.
Ponpes Fadris ini merupakan pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan Islam dan umum yang telah bangkit cukup usang yakni semenjak tahun 1930 sampai kini dan bernaung di bawah Yayasan Al-Idrisiyyah. Menarik bahwa Ponpes Fadris ketika ini mempunyai cukup banyak acara selain mengelola pendidikan , termasuk acara ekonomi yang berupa mini market yang diberi nama Qini Mart.
Tarekat Al-Idrisiyyah tidak terlepas dari sejarah terjang para Guru Mursyid dan tokoh-tokohnya, yang menjadi pencetus Jam’iyah (perkumpulan) Tarekatnya, diantaranya yakni memimpin murid-muridnya berjalan diatas jalan yang telah di gariskan oleh Tuhan dan Rasul-Nya. Guru Mursyid Al-Idrisiyyah yang ada di Indonesia, Tasikmalaya. Dalam pendidikannya yaitu sebuah Formal Keagamaan bimbingan tradisi Sufi dan Pendidikan Pesantren, dan Beliau juga membijaki dalam Dakwahnya yang berupa konsep Tajdid terhadap tiga dasar disiplin Ilmu yaitu Tauhid, Fikih, dan Tasawuf serta metode yang gampang diaplikasikan ditengah kehidupan umatnya. Dengan konsep tersebut dibawah kepemmpinan Beliau Al-Idrisiyyah banyak mendapatakan sambutan hangat dari banyak sekali pihak, baik dikalangan Tarekat maupun non-Tarekat.
http://www.idrisiyyah.or.id |
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad_ibn_Idris_al-Fasi Hasani (1173 – 1253 H / 1760 - 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas'ud ad-Dabbagh Ra.
Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan banyak sekali jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan lantaran beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris menciptakan komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan berbagi ajarannya menjadi suatu sistem fatwa yang lebih spesifik.
Oleh akhirnya tidaklah heran kalau Tarekat Idrisiyyah ini mempunyai kekerabatan yang bersahabat dengan nama-nama Tarekat lainnya, ibarat Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah.
Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya 'Salsabil Mu'in fi Tharaa-iqul Arba'iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu'tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40.
Sejarah Al Idrisiyyah
Nama Al-Idrisiyyah dinisbatkan kepada salah seorang Mursyid Al-Idrisiyyah yang berjulukan Syekh Ahmad bin Idris Ali Al-Masyisyi Al-Yamlakhi Al-Hasani. (1760 - 1837), salah seorang Mujaddid (Neo Sufisme) yang berasal dari Maroko (Maghribi).
Universitas Al Qarawiyyin, Maghribi, Maroko |
Idris, yang kepadanya dinisbatkan nama tarekat ini yakni nama ayah dari pendirinya. Syekh Ahmad bin Idris dikenal sebagai sosok Ulama yang berhasil memadukan dua aspek lahir (syari’at) dan batin (hakikat). Ia juga dikenal sebagai pembaharu dalam dunia tasawuf dari penyelewengan kaum kebatinan ibarat tahayul, khurafat, dan lain lain.
http://www.idrisiyyah.or.id |
Tarekat Sanusiyyah dibawa ke Indonesia oleh Syekh Abdul Fattah pada tahun 1932. Dia menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi (1875-1933) di Jabal Qubais (Mekkah) dan belajar selama 4 tahun. Kemudian dengan beberapa alasan, Syekh Abdul Fattah mengembalikan nama tarekat Sanusiyyah menjadi Tarekat Al-Idrisiyyah (agar gampang penyebarannya di masa penjajahan ketika itu).
Sejak masuknya ke Indonesia pada masa penjajahan, Tarekat ini sudah mengalami 4 (empat) kepemimpinan. Saat ini tampuk pimpinan tarekat dipegang oleh Syekh Muhammad Fathurahman, M.Ag. Dalam masa kepemimpinannya Al-Idrisiyyah telah berkembang secara pesat dan maju di bumi Nusantara maupun regional Asia.
Sanad Tarekat Al- Idrisiyah
Syekh Ahmad Ibn Idris belajar kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad populer yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya yakni berupa hizib-hizib, di antaranya yakni Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Dia diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui mediator Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah yakni Shalawat 'Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Tarekat Al-Idrisiyyah di Indonesia
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia yakni Tarekat yang dibawa oleh Syekh Muhammad Fathurohman M.Ag.
Mursyid Al-Idrisiyyah (2010)
Gambar-www.alidrisiyyah.or.id |
Syekh Muhammad Fathurrahman lahir tahun 1973 di Tasikmalaya.
Baca Frofil Syekh Muhammad Fathurrohman M.Ag
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum pria berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama'ahnya menjauhi masalah haram dan makruh ibarat merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama'ah termasuk salat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, lantaran banyak berhubungan dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, lantaran alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan Sanusiyyah ketika itu telah dikenal oleh para penjajah Barat
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama'ah Al-Idrisiyyah yakni di setiap waktu ba'da Maghrib sampai Isya dan ba'da Shubuh sampai Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya berjulukan 'Hadiqatur Riyahin' yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari banyak sekali amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Awrad dan Zikir
Membaca Al-Quran satu Juz,Membaca Itighfar Shagir 100 kali,Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rosulullah fii kulli lamhatin wanafasin 'adada maa wasi'ahuu 'ilmullah.Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa 'alaa kulli syay-in qodiir.Memelihara Ketaqwaan.
Awrad pelengkap untuk bertaqaarub kepada Tuhan yakni menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat 'Azhimiiyyah sebanyak 70 kali setelah ba'da Shubuh sampai terbit Fajar.
Pertemuan/ Pengajian Rutin
Diperkirakan ada sekitar 70.000 orang lebih jama'ah Idrisiyyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Tarekat Idrisiyyah yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Fathurahman secara rutin mengadakan acara pertemuan seluruh Santri sebanyak 3 kali dalam setahun di Ponpes Al-Idrisiyyah di Tasikmalaya.
Jama'ah Al Idrisiyyah-http://www.idrisiyyah.or.id |
Pengajian rutin majelis Taklim dan Dzikir Al-Idrisiyyah sanggup diikuti setiap malam Jumat (Tasikmalaya) dan hari Ahad (Jakarta). Pengajian diawali dengan Kajian Al-Quran & Fiqih. Materi pengajian biasanya membahas topik kekinian (kontekstual). Setiap majelis senantiasa ditutup dengan do'a dan mushafahah (bersalaman)
Gelar Pemimmpin Al Idrisiyyah
Pemimpin Tarekat Al-Idrisiyyah ini mendapat gelar dari Rasulullah Saw (secara ruhani) yaitu: 'Syekh al-Akbar'. Kemudian pada masa kepemimpinan Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan Ra. mendapatkan pelengkap 'Muhyiddin' dari Dia Saw. Begitu pula pelimpahan mandat kekhalifahan Tarekat Idrisiyyah selalu diinformasikan secara ruhaniyyah, dengan wasilah petunjuk Rasulullah Saw melalui Guru Mursyid sebelumnya.
Pengertian Muhyiddin
Istilah Muhyiddin dalam kepemimpinan Thariqah al-Idrisiyyah ini diberikan oleh Rasulullah Saw melalui Nabi Khidhir As. Bahkan semua Ulama yang dimasyhurkan namanya lantaran memperjuangkan nilai-nilai Sunnah diberikan gelar itu dari Dia Saw. Penyematan gelar itu ditandai dengan kondisi umat yang semakin jauh dari Sunnah Nabi Saw, yang dibawa oleh para Pewarisnya. Ketika Sunnah sudah dianggap asing dan aneh, maka muncullah sosok Muhyiddin yang menghidupkan kembali Sunnah-sunnah tersebut.
Petikan Ungkapan Asy-Syekh Al-Akbar
Di antara petikan ungkapan Syekh al-Akbar yakni bahwa Rasulullah hanya diperintahkan memberikan fatwa Islam, tetapi tidak bersifat memaksa orang untuk mengikuti ajarannya, lantaran petunjuk (hidayah) itu hanya milik Allah. Orang kafir belum tentu konsisten dengan kekafirannya, dan orang yang beriman belum tentu konsisten dengan keimanannya. Umat Islam dilarang egois dengan keislamannya, lantaran Dienul Islam bukan diperuntukkan buat umat Islam saja, tapi untuk seluruh umat.
Syekh al-Akbar memandang perlunya reinterpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur'an maupun Hadits. Tafsir-tafsir ulama yang dahulu tidak cukup untuk mengatasi masalah dunia ketika ini. Ia mengakui bahwa orang ibarat Imam Syafi yakni insan brilian di zamannya, tetapi zaman yang kita hadapi kini berbeda dengan zamannya.
Seorang muslim mesti membawa abjad dan sikap agama yang dibawanya, yakni Islam. Arti Islam yakni keselamatan. Maka, orang Islam mesti membawa nilai-nilai keselamatan dalam banyak sekali aspek kehidupannya. Islam membijaki keselamatan diri dan orang lain. Inilah yang dinamakan konsep Rahmatan lil 'Alamin [Islam membawa rahmat (kasih sayang) kepada seluruh makhluk alam]. Jika seorang muslim membawa kecelakaan atau kebinasaan orang lain tanpa hak, maka tidak pantas istilah muslim itu disandarkan atas dirinya.
Dienul Islam yakni Birokrasi Ilahiyyah
Dia orang yang pertama mengungkapkan bahwa Dienul Islam yakni Birokrasi Ilahiyyah. Dalam pengertian bahwa kepemimpinan, ajaran, nilai-nilai, tatanan kehidupan yang mempunyai kekerabatan yang tiada putus semenjak insan pertama yang dipilih-Nya, yakni Adam As sampai ketika ini. Kelanjutan sistem ini ditandai dengan legitimasi ungkapan Nabi terakhir, yaitu Al-'Ulama Waratsatul Anbiya. Al'Ulama tidak identik (sama) dengan orang pandai (cendekiawan). Tidak semua Ulama yang diwarisi cahaya kenabian. Hanya 'Ulama tertentu saja yang mempunyai kekerabatan bersahabat secara lahiriyyah maupun batiniyyah di setiap masa.
Informasi Tarekat Al-idrisiyyah
Sedangkan website resmi Tarekat Al-Idrisiyyah di Indonesia adalah: http://www.idrisiyyah.or.id
Di kutip dari: Wikipedia dan Al Idrisiyyah website.
Dimaksudkan untuk lebih banyak pembaca yang mengetahui apa itu Tarekat Al Idrisiyyah dan Visi Misinya.
Terimakasi telah membaca
Wassalamualaikum..wr.wb