-->
Cerita Sejarah Ringkas Datu Pagatan Kalimantan Selatan Yang Terkenal
4/ 5 stars - "Cerita Sejarah Ringkas Datu Pagatan Kalimantan Selatan Yang Terkenal" Salah satu putra Mufti Haji Muhammad Ad'ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yaitu Muhammad Arsyad yang dikenal...

Cerita Sejarah Ringkas Datu Pagatan Kalimantan Selatan Yang Terkenal



Cerita Sejarah Ringkas Datu Pagatan Kalimantan Selatan yang Terkenal Cerita Sejarah Ringkas Datu Pagatan Kalimantan Selatan yang Terkenal

Salah satu putra Mufti Haji Muhammad Ad'ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yaitu Muhammad Arsyad yang dikenal dengan sebutan Mufti Lamak. Ia termasuk cicit Syeikh Muhammad Arsyad yang mewarisi ilmu-ilmu datuknya dan ayahnya dan menghimpun antara syariat dan hakikat.

Mufti Haji Muhammad Arsyad berguru di Tanah Suci Makkah beberapa tahun lamanya, di antara guru-gurunya adalah:

- Asy-Syeikh Ahmad ad-Dimyathi (Mufti Syafi'iyyah).
- Asy-Syeikh Yusuf.
- Asy-Syeikh ar-Rahbini.

Ketika ia datang dari menuntut ilmu dikota sumbernya Agama islam ia kemudian diangkat oleh Sultan Banjar menjadi Mufti di kerajaan Banjar. Selain sebagai ulama ia juga dikenal sebagai seorang pahlawan, seorang ulama yang berani menegakkan yang hak dan memberantas yang batil, kasih sayang terhadap sesamanya, lemah lembut dalam berbicara, pemurah, adil terhadap yang benar dan keras terhadap orang yang berbuat salah, sehingga kasihlah semua lapisan masyarakat dan para penjabat.

Ia selalu menegakkan dan menjalankan faham Ahlus Sunnah wal Jamaah dan menegakkan prinsip " Menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah terjadinya kemunkaran."

Di samping jabatannya sebagai Mufti di Kerajaan Banjar, ia juga mengajar di dalamm bidang aneka macam ilmu agama, termasuk di antara muridnya yaitu Sultan Adam al-Watsiq Billah.

Mufti Haji Muhammad Arsyad, pernah menikah dengan beberapa orang perempuan, yaitu:

- Tilamah, di Muara Sungai Pemintangan, namun tak mendapat keturunan. 

- Kemudian ia menikah lagi di Sungai Karias dengan seorang wanita elok yang berjulukan Tuan Inur (Saudara Anang Ja'far ayahnya H.Muhammad Thayyib, Lok Bangkal, seorang berilmu lagi mulia), juga tidak memperoleh keturunan. 

- Kemudian ia menikah lagi di Balimau, Kandangan dengan Tuan Rahimah, juga tidak memperoleh keturunan. 

- Kemudian ia menikah di Martapura dengan Ummu Salamah binti Mufti Haji Ahmad, dari istri putri seorang ulama besar inilah ia mendapat tujuh orang anak, tiga orang putra dan empat orang putri, diantaranya:
  1. Hafsah
  2. Haji Ustman, seorang yang berilmu lagi mulia. 
  3. Khadijah.
  4. Sa'idah.
  5. KH. Muhammad Hasyiem. 
  6. Shafura (istri Datu Landak). 
  7. H. Abdul Muthalib.
Mufti Haji Muhammad Arsyad mempunyai sifat-sifat kemulian, menyerupai pemurah, pengasih, lemah lembut, sabar dan seorang ulama yang wara' sehingga ia selalu dikasihi oleh saudara-saudaranya, terutama adiknya yang berjulukan Haji Sa'duddin, Kubah Taniran, Kandangan. Sejak wafatnya Mufti Haji Muhammad Arsyad sang adikpun jarang sekali pulang ke Martapura, alasannya yaitu ia merasa benar-benar kehilangan atas kepergian abang tercintanya.

Pada masanya pemerintah Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, yang memerintahkan sekitar tahun 1857-1859 M. atau sekitar tahun 1274-1276 H. Mufti Haji Muhammad Arsyad yang juga disebut Tuan Mufti Lamak bercita-cita akan pergi ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji, sebelum ia pergi maka lebih dahulu ia mengunjungi abang tertuanya, yakni Haji Abu Thalhah, seorang yang sangat berilmu, yang saat itu masih menetap di Pagatan, sebagai perwujudan sifat-sifatnya yang selalu menghormati dan memuliakan saudara tuanya dan rasa kasih sayangnya terhadap abang dan sesamanya. Namun, setibanya ia di Pagatan, ia mendapat sakit yang membawanya hingga meninggal dunia dan jadinya dimakamkan di Pagatan, Kota Baru.

Menurut catatan Haji Ismail Khatib, seorang yang berilmu dan mulia. Tuan Mufti Haji Muhammad Arsyad, berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu tiga likur hari bulan Rabiul Awwal 1275 H. Di masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sulthan Adam, atau kira-kira 48 tahun sesudah wafatnya Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang wafat 6 Syawwal 1227 H.


Makamnya telah dibuatkan kubah oleh Mufti indragiri, Riau, Haji Abdur Rahman Shiddiq, Sapat, selaku seorang cucu yang berbakti pada sang abang tercinta. Kemudian dipugar atau direnovasi kembali dan menjadi bangunan permanen oleh Pemerintah Daersh Tingkat II Kota Baru.

Demikian beberapa sejarah singkat wacana Datu Pagatan yang terkenal, jikalau kau suka akan dongeng ini jangan lupa untuk membagikannya kepada orang lain yang belum mengenal akan para ulama-ulama yang populer di kalimantan selatan.