TIGA baris puisi ditulis Betta di buku kuliahnya. Di halaman paling belakang. Pada saat dosen tengah sibuk mencrangkan perekonomian Indonesia. Betta tidak lagi mcndengar ceramah si dosen. Ia memandang kc luar jcndela sambil mercnung-rcnungkan tulisannya tadi. Pikirannya mencrawang jauh. Sampai akhirnya saat kuliah selesai, Berra tidak menyadarinya. Ia masih termenung sementara teman-temannya satu per satu beranjak meninggalkan ruang kelas.
Seseorang mencpuk bahunya dari belakang. Barulah Betra menyadari kuliah telah selcsai. Hans yang menepuk bahunya barusan. Cowok itu bcrjalan santai sambil
menyandang ransel di punggung dengan sebelah tangannya, sementara tangan yang lain dimasukkan kc saku celana jinsnya. Hans menoleh sesaat dan tersenyum simpul pada Betta yang gelagapan karma lamunannya tcrganggu.
Berra bergegas membereskan barang-barangnya lalu berlari keluar mendahului Hans. Saking terburu-burunya, ia sampai mcnyenggol Hans dan tidak berucap apa-apa. Hans hanya bisa tcrscnyum simpul melihat tingkah Berra.
Hans dan Berra berteman sejak kecil. Mereka bertctangga. Satu sekolah sejak Sekolah Dasar. Bahkan sewaktu SMA, Hans scmpat menyatakan perasaannya pada Berra walau Berra menolaknya.
Namun, sampai sekarang Hans tidak pernah berhcnti mencintai Betra, meski gadis itu sudah banyak berubah. Penampilan Betta tidak lagi tampak lugu seperti saat masih SMA dulu. Gadis itu berdandan layaknya wanita