Sinopsis :
Thalia
Kami bertemu untuk pertama kali di lapangan upacara dua tahunan yang lalu. Aku ingat betapa konyolnya aku siang itu. Memakai atribut serba aneh dari ujung kaki sampai ujung kepala hanya demi memenuhi budaya pembodohan bernama ospek. Karena terlambat, kami kena hukum bersama, dan dengan gaya sok pahlawannya, dia membelaku di depan kakak panitia OSIS. Waktu aku tanya kenapa dulu dia sampai senekat itu, dia menjawab dengan kerlingan mata, kemudian bibirnya yang tipis kemerahannya akan tersenyum miring.
Dhanu
Kalau bertanya siapa Thalia Maharani pada sebagian besar murid perempuan SMA Persada Mandiri, maka kebanyakan dari mereka akan mengatakan bahwa Thalia adalah sosok murid sombong yang enggan bergaul dengan siswi lain. Tetapi murid laki-laki akan menjawab tanpa ragu, kalau posisi Thalia hampir setara dengan Dewi Aprodhite yang tidak sengaja jatuh ke dunia yang fana ini. Siapa yang nggak setuju kalau Thalia itu cantik? Tapi cuma satu orang yang berani berjuang mati-matian buat mendapatkannya.
Najla
Tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Aku sudah sering mendengar kalimat itu. Mulanya, aku menertawakannya. Aku selalu merasa bahwa aku tidak akan terjebak pada prinsip bodoh tersebut. Sampai suatu hari, dia muncul di balkon rumah ini. Menghabiskan malam-malam kami dengan jokes recehnya. Segalanya baik-baik saja pada awalnya, sampai dia menghancurkannya dengan sebuah pelukan dan kalimat sederhana yang seharusnya normal-normal saja dilakukan seseorang kepada sahabatnya.