Ponselku bergetar-getar. Tanpa perlu melihat layamya kutahu itu dari sahabatku, Hannah. Ia begitu antusias dan menuntutku untuk segera tiba di rumahnya. Wanita itu mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-24.
Aku bukan tipe wanita yang bisa diajak buru-buru. Apalagi untuk masalah menghadiri pesta sahabatku. Aku ingin tampil keren dengan outfit yang berjejer di walk in closet-ku. Masa bodoh dengan Hannah Walter! Ia harus mengerti menampakkan diri di pesta adalah ha] langka yang jarang kulakukan.
Aku mondar-mandir mengambil baju dan bergantian mencocokkannya di depan kaca, agak sedikit pusing untuk memilih pakaian mana yang akan kukenakan. Aku bemiat meminta saran Dad, setelah dipikir ulang kubatalkan niat itu. Bisa-bisa Dad akan menyuruhku memakai baju super tertutup dan tebal. Dad tidak menyukai putrinya tampil terlalu seksi. Soal pakaian pilihanku Dad memang bersikap kolot.
Setelah menimbang hampir setengah jam lamanya, aku memutuskan untuk memakai rok mini ketat bermotif snake skin dipadukan dengan tank top tali spaghetti berwama hitam. Tak lupa boots hitam kesayangan dari Stuart Weitzman menjadi andalanku. Di bagian leher sudah kutambahkan kalung emas berlayer tiga.