-->
Kisah Nabi Muhammad Saw Sebagai Nabi Dan Rosul Terakhir
4/ 5 stars - "Kisah Nabi Muhammad Saw Sebagai Nabi Dan Rosul Terakhir" Pada Kisah Nabi Muhammad SAW sebagai rosul dan nabi terakhir ini, diceritakan sejarah singkat kehidupan Nabi Muhammad SAW semenjak lahir ...

Kisah Nabi Muhammad Saw Sebagai Nabi Dan Rosul Terakhir



Pada Kisah Nabi Muhammad SAW sebagai rosul dan nabi terakhir ini, diceritakan sejarah singkat kehidupan Nabi Muhammad SAW semenjak lahir hingga ia wafat. Sebagai umat Islam, kita sudah seharusnya mengetahui kisah dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebagai panutan dan suri tauladan bagi seluruh umat Islam. Tidak ada lagi insan yang patut dicontoh dari semua aspek kehidupan kecuali nabi kita Nabi Muhammad Rosululloh SAW.

Berikut ini rincian kisah Nabi Muhammad SAW, mulai dilahirkan hingga Beliau meninggal :
1. Nabi Muhammad SAW dilahirkan
2. Nabi Muhammad SAW disusukan
3. Ibunda Nabi Muhammad SAW wafat
4. Kakek Nabi Muhammad SAW wafat
5. Dalam ASuhan Abu Thalib
6. Berbisnis dengan Khadijah
7. Menikah dengan Khadijah
8. Mendamaikan Pemuka Quraisy
9. Turunnya Wahyu Pertama
10. Turunnya Wahyu Kedua
11. Dakwah Secara Sembunyi
12. Dakwah Secara Ternag-terangan
13. Penganiayaan Thd Rosululloh dan Pengikutnya

Kisah Nabi Muhammad SAW dilahirkan

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di kota mekah pada tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun gajah, atau tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Disebut tahun gajah alasannya yaitu pada waktu itu raja Abrahah tiba ke kota mekah membawa pasukannya dengan menunggang gajah, dengan tujusn akan menghancurkan ka'bah. Namun Alloh mengutus burung ababil yang membawa kerikil kerikil dari neraka dan dilemparkan kepada pasukan gajah raja Abrahah.

Beliau dilahirkan dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Siti Aminah. Abdullah bin Abdul Muthalib sebagai ayah beliau, meninggal pada ketika Muhammad masih di dalam kandungan ibunya
dan gres berusia 6 bulan.

Sudah menjadi kebiasaan di kalangan pemuka bangsa arab pada waktu itu, jikalau mempunyai bayi gres lahir, maka bayi tersebut akan dititipkan dan disusukan kepada kaum ibu kawasan pedesaan. Tujuannya semoga bayi bisa menghirup udara higienis dan segar.


Nabi Muhammad SAW disusukan kepada orang lain

Setelah Muhammad dilahirkan, disusui oleh ibunya hanya beberapa hari saja, kemudian disusukan Tsuaibah selama 3 hari. Setelah itu oleh kakeknya yaitu Abdul Munthalib menyusukan Muhammad  kepada seorang ibu yang belum memilki anak dari kabilah Banu Saad yang berjulukan Halimah Sa’diyah istri dari Haris.

Muhammad mempunyai keistimewaan yang sangat menonjol, berbeda dengan belum dewasa biasa,  wajahnya memancarkan cahaya, pertumbuhan badannya cepat, sudah bisa berjalan di usia 5 bulan. Pada usia 9 tahun, Muhammad sudah lancar berbicara, dan pada ketika usianya 2 tahun sudah bisa menggembalakan kambing.

Pada usia 4 tahun Muhammad didekati oleh malaikat Jibril dan menelentangkannya kemudian membelah dada dan mengeluarkan hati serta segumpal darah dari dada Muhammad, kemudian Jibril mencucinya kemudian menata kembali ke tempatnya sehingga Muhammad tetap dalam keadaan sehat dan bugar menyerupai biasa.

Setelah kejadian pembelahan dada Muhamad itu diketahui oleh Halimah, Halimah sangat cemas dan khawatir jikalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Muhammad. Akhirnya Halimah mengembalikan Muhammad ke pangkuan ibundanya Siti Aminah.

Ibundanya Wafat

Pada usia 6 tahun Nabi Muhammad SAW diajak ibundaya ke Yatsrib yang berjarak 500 km dari Mekah untuk berziarah ke makam ayahnya. Mereka ditemani oleh Ummu Ayiman, seorang budak perempuan milik Abdullah. Setelah selesai berziarah, dalam perjalanan pulang ke Mekah Siti Aminah sakit, dan meninggal di perjalanan, yaitu di desa Abwa, terletak kurang lebih 140 km dari Madinah ke arah Mekah. Aminah dimakamkan di di sana.

Tidak terbayangkan bagaiamana kesedihan Muhammad SAW ketika itu, anak yang gres berusia 6 tahun, ditinggalkan ibunya di kawasan orang lain, dan jauh dari kampung halamannya.

Ummu Ayiman  beserta Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanannya ke Makkah, dan mengantarkan Muhammad ke kediaman kakeknya yaitu Abdul Muthalib. Sejak itu Nabi Muhammad SAW menjadi seorang anak yatim piyatu tidak punya ayah dan ibu.

Kakeknya Wafat

Kakek Nabi Muhammad SAW yaitu Abdul Muthalib, sangat mengasihi cucunya. Beliau merupakan tokoh pemuka suku Quraisy yang sangat disegani di kota Mekah. Namun  pada ketika usia Muhammad mencapai 8 tahun 2 bulan 10 hari, kakeknya pun wafat. Sebelum mengehembuskan nafas terakhir, Abdul Muthalib sempat berwasiat kepada anaknya Abu Thalib, semoga menjaga dan merawat Muhammad sebagai pengganti dirinya.

Dalam Asuhan Pamannya Abu Thalib

Setelah kakek ia Abu Thalib wafat, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya yang berjulukan Abu Thalib. Pamannya pun sangat menyayanginya alasannya yaitu Muhammad memilki sifat-sifat yang baik dan terpuji. Abu Thalib bukanlah termasuk golongan orang kaya, sehingga Muhammad pun harus menggembala kambing untuk membantu kehidupan keluarganya.

Pada usia 12 tahun nabi Muhammad SAW diajak pamannya untuk berdagang ke negeri Syam. Di tengah perjalanan tepatnya di kota Busyro di negeri Syam, mereka bertemu dengan pendeta yang berjulukan Buhaira. Buhaira mengetahui dengan terang bahwa pada diri Muhammad tampak tanda tanda kenabian. Demi keselamatan Muhammad, Buhaira meminta Abu Thalib untuk kembali ke Makkah.
Karena dikhawatirkan orang-orang yahudi akan membunuh Muhammad.

Setelah kembali dari Syam, Nabi Muhammad SAW kembali mengembalakan kambing. Ketika ia berusia 15 tahun terjadi perang Fijar. Perang antara kabilah Quraisy bersama Kinanah dengan suku Qais Ailan. Muhammad pun ikut bergabung dalam perang ini dengan mengumpulkan belum dewasa panah untuk paman-pamannya.

Berbisnis dengan Khadijah

Dalam asuhan Abu Thalib, Muhammad diajarkan bagaimana cara-cara berdagang semenjak berusia 12 tahun. Dengan bekal kejujuran dan keuletannya, Muhammad sangat andal berdagang dan selalu sukses dalam setiap bisnis yang dilakukannya. Menurut sejarah, tercatat bahwa Muhammad pernah melaksanakan lawatan bisnis ke luar negeri yaitu ke negeri Syam, Yaman, Bahrain, dan Yordania.


Khadijah sebagai pebisnis perempuan terkemuka di negara arab, sudah usang mendengar reputasi Muhammad sebagai pebisnis yang jujur dan amanah. Khadijah karenanya merekrut Muhammad menjadi manager bisnisnya.

Pernikahan dengan Khadijah

Setelah bekerja sama Muhammad, Khadijah tahu bagaimana cara Muhammad berbisnis. Karena kejujuran dan amanahnya, Khadijah tertarik dan ingin menikahi Muhammad.

Beberapa hari sesudah pulang berniaga dari negeri Syam, Abu Thalib mendapatkan lamaran dari Khadijah untuk menikahi Muhammad. Abu Thalib tidak merasa keberatan, dan pribadi melaksanakan proses pernikahan. Pada ketika itu Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.


Nabi Muhammad SAW Mendamaikan Pemuka Quraisy

Pada suatu ketika terjadi banjir di kota Mekkah, sehingg kabah yang mereka hormati mengalami rusak. Para pemuka kaum Quraisy setuju untuk melaksanakan perbaikan.

Selama proses perbaikan kabah tidak ada perselisihan di antara semua kabilah. Namun ketika saatnya menempatkan hajar aswad, mulailah muncul perselisihan, masing-masing kabilah merasa paling berhak untuk mengangkat dan menempatkan hajar aswad tersebut. Bahkan perseilisihan tersebut semakin meruncing hingga hampir terjadi pertumpahan darah.

Akirnya Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi menawarkan saran kepada semua kabilah yang berselisih semoga menyerahkan keputusan megenai siapa yang berhak menempatkan hajar aswad kepada orang yang pertama kali melewati pintu masjid. Semua kabilah menyetujui anjuran tersebut.

Allah SWT maha berkehendak, kemudian Nabi Muhammad SAW ditakdirkan menjadi orang yang pertama kali lewat pintu masjid. Pada ketika itu Beliau berusia 35 tahun dan belu, diangkat menjadi nabi dan rosul. Orang-orang Quraisy pun merasa bahagia kepada Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang berhak memilih keputusan dalam menuntaskan permasalahan tersebut. Karena Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai orang yang paling  jujur dan adil bahkan mereka sendiri menawarkan gelar Al-Amin.

Nabi Muhammad SAW kemudian menyarankan cara yang sangat luar biasa yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh mereka.

Nabi Muhammad SAW mengambil selembar kain selendang. Kemudian Hajar Aswad diangkat dan  diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau kemudian meminta seluruh kepala suku dari masing-masing kabilah yang berselisih untuk memegang masing masing ujung selendang tersebut. Kemudian mereka bahu-membahu secara serempak mengangkat Hajar Aswad itu, dan membawa ke tempat akan dimana kerikil tersebut akan ditempatkan. Setelah mendekati tempatnya, para kabilah mempersilahkan Nabi Muhammad SAW untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.

Dengan cara Muhammad menyesaikan perselisihan tersebut, maka seluruh kabilah yang melaksanakan renovasi kabah tersebut berdamai kembali dan merasa puas. Setelah kejadian tersebut Nabi Muhammad SAW menjadi semakin terkenal.

Wahyu Pertama Turun


Pada usia 40 tahun Muhammad sering  menyendiri dan bertapa di dalam sebuah gua yang terletak di jabal nur, yaitu di gua Hira.  Beliau selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Pada ketika ia sedang melaksanakan khalwat di gua hira, tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan datanglah malaikat Jibril membawa wahyu pertama.  Mula-mula Muhammad ketakutan dan gemetaran melihat kedatangan Jibril.  Kemudian Jibril merangkulnya,  Beliau semakin ketakutan,  tubuhnya menggigil. Setelah dilepas,  malaikat Jibril berkata Bacalah "Aku tidak bisa membaca,"  jawab Muhammad
Jawaban itu diulanginya hingga tiga kali.  Akhirnya ia berkata kepada Jibril "Apa yang harus kubaca?, Kemudian Jibril membacakan surah Al-Alaq ayat satu hingga ayat lima.

Sesudah Beliau pulang dengan tubuh metar.  Beliau disambut oleh Khadijah yang sangat setia dan memperhatikannya.  Beliau diselimuti oleh Khadijah dan dihiburnya dengan kata yang menentramkan Lalu Khadijah pergi ke rumah anak pamannya yang ber nama Waraqah bin Naufal untuk berkonsultasi.  Waraqah memberitahukan bahwa yang tiba kepada Muhammad yaitu malaikat Jibril yang pernah tiba juga pada Nabi Musa.  Kaprikornus Muhammad akan diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul .


Turunnya Wahyu Kedua


 Sesudah wahyu yang pertama,  selama dua setengah tahun ia tidak mendapatkan wahyu lagi.  Beliau sangat khawatir wahyu yang diturunkan kepadanya akan terputus,  maka ia pergi menyepi ke goa Hira lagi.  Ketika ia menengadahkan wajahnya ke langit tampaklah malaikat Jibril.  Beliau ketakutan dan segera pulang ke rumah.  Beliau minta kepada Khadijah semoga disellimuti.

Dalam keadaan berselimut itu,  datanglah malaikat Jibril memberikan wahyu kedua yang artinya Hai orang yang berselimut Bangunlah dan berilah peri ngatan.  Besarkanlah Nama Tuhanmu,  Bersihkanlah pakaianmu,  jauhilah perbuatan ma'syiat,  janganlah kau memberi alasannya yaitu hendak memperoleh yang lebih banyak.  Dan hendaklah kau bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu. (QS.  Al-Mudatstsir 1-7).  Dengan demikian jelaslah sudah,  bahwa Muhammad diperintah oleh Alloh SWT untuk memberikan risalah-Nya yaitu mengajak insan menyembah Allah Maha Esa.


Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi


Setelah ia mendapatkan wahyu untuk berdakwah,  maka yang pertama ia lakukan yaitu berdakwah secara sembunyi sembunyi kepada keluarga,  sobat dan orang-orang dekatnya.  Yang pertama kali ia ajak yaitu istri ia sendiri,  Khadijah.  Kedua yaitu Ali bin Abi Thalib kemudian Zaid bin Haritsah.

Sesudah itu ia mengajak sobat akrabnya yang berasal dari golongan orang bau tanah yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah Abu Bakar masuk Islam,  maka banyaklah orang-  orang yang mengikutinya antara lain Utsman bin Affan,  Zubair bin Awwam,  ad bin Abi Waqash,  Abdur Rahman bin 'Auf,  Thalhah bin Uabidillah,  Abu Ubaidah bin Jarrah,  Arqam bin Abil Arqam,  Fatimah bin Khattab.  Mereka inilah yang dikenal sebagai golongan yang pertama kali masuk Islam atau "Assaabiqunal Awwaalun”  Mereka biasa mendapatkan pelajaran perihal Islam di rumah Argam bin Abil Arqam.


Berdakwah Secara Terang-terangan


Setelah tiga tahun lamanya,  Rasulullah berdakwah secara sembunyi sembunyi,  kemudian datanglah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan.  Namun seperti  nabi nabi sebelum Nabi Muhammad SAW,  ajakannya sering ditolak oleh sebagian besar kaumnya.  Hanya sedikit yang mau mendapatkan permintaan beliau. Walaupun demikian ia tetap bersabar dan terus melaksanakan dakwah dengan bijaksana.

Karena Nabi Muhammad SAW terus berdakwah tanpa henti siang malam, maka Orang-orang kafir mulai jengkel.  Mereka meminta Abu Thalib sebagai pamannya untuk menyuruh ia menghentikan dakwahnya.  Kemudian Abu Thalib memberikan permintaan kaum kafir quraisy tersebut kepada keponkannya. Tetapi hal itu dijawab oleh Nabi Muhammad SAW,  Demi Allah wahai paman,  jikalau sekiranya mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku dengan maksud semoga saya menghentikan pekerjaan ini (dakwah)  sehingga agama ini tersiar ke seluruh permukaan bumi, atau saya akan binasa karenanya,  namun saya tetap tidak akan menghentikan pekerjaan ini. Mendengar tekad keponakannya yang membaja ini,  Abu Thalib berkata: "Pergilah dan katakanlah apa yang kau kehendaki,  demi Allah saya tidak akan menyerahkan kau alasannya yaitu suatu bantalan an apap pun selamanya”.


Penganiayaan Terhadap Rosululloh dan Pengikutnya


Melihat Nabi Muhammad SAW yang  masih tetap menjalankan dakwahnya, dan terus menentang sesembahan  kaum kafir  yaitu patung-patung, orang-orang kafir mulai tersinggung.  Terlebih sesudah para pemuka kaum kafir meng amati,  semakin banyak saja orang yang masuk Islam dan mengikuti permintaan nabi Muhammad SAW,  maka mereka kaum kafirin mulai menghalang-halangi dakwah Beliau. Bahkan mereka tidak segan segan menganiaya ia secara langsung.

Ketika ia sedang melakukan  shalat dan bersujud di Masjidil Haram,  tiba-tiba Abu Jahal tiba sambil mengangkat kerikil besar dan hendak ditimpakan kepada rosululloh SAW, tetapi maksudnya itu tidak kesampaian alasannya yaitu Allah mengutus Malaikat Jibril untuk melindungi beliau.  Mendadak tubuh Abu Jahal gemetar dan pucat alasannya yaitu ketakutan.


Beliau juga pernah dilempari kotoran unta dan mengenai pecahan atas pundaknya.  Ketika pulang dari masjid ia ditaburi debu dan pasir oleh seseorang dari kaum  pada wajah beliau.
Penganiayaan secara pribadi kepada tubuh ia yang sangat keterlaluan yaitu yag pernah dilakukan oleh  Uqbah bin Abi Mu'ith,  ketika nabi Muhammad SAW sedang  shalat di Masjidil Haram tiba-tiba orang kafir itu menjerat leher belliau dengan selendang yang ia pakai, sehingga ia tidak berdaya untuk melepaskanny.  Untunglah ketika itu tiba Abu Bakar dan pribadi memiting dan menghempaskan dia dari Rasulullah.


Beberapa pengikut rosululloh SAW juga banyak yang mendapatkan perlakuan yang kejam,  menyerupai Bilal bin Rabah,  yaitu seorang budak  milik Umayyah bin Khalaf seorang tokoh penting dari kaum kafir. Umayvah bin Khalaf beserta algojonya  menelentangkan Bilal di atas padang pasir di bawah terik matahari dan dadanya ditindih dengan kerikil besar, badannya dicambuk, dipaksa untuk menyampaikan hinaan kepada rosululloh SAW. Namun malah ia mengeluarkan kalimat Ahad…Ahad…Ahad yang semakin meningkatkan amarah tuannya.
Bilal dipakaikan baju besi dan dijemur di padang pasir di bawah terik matahari yang begitu panas. Ia juga disiksa dengan cara lain lehernya diikat dengan tali kasar, belum dewasa disuruh menariknya layaknya menarik seekor kambing.  Ia dipaksa untuk meninggalkan aliran nabi Muhammas SAW, namun ia tetap teguh, bahkan imannya semakin  bertambah tebal. Hal ini diketahui oleh Abu Bakar. Akhirnya Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar sesudah ditebus dengan harga yang cukup mahal.

Shahabat Rasulullah yang lain yang disika di luar batas kemanusiaan yaitu Amar bin Yasir beserta kedua orang tuanya yaitu Yair bin Amir dan Sumayyah binti Khayyath. Mereka tergolong kaum miskin dan Bani Makhsum sebagai tempatnya bernaung.  Mendengar mereka telah masuk Islam, Bani Makhsum sangat marah. Mereka disiksa di padang pasir pada waktu Dhuhur yaitu pada waktu matahari sedang terik di atas kepala. Amar bin yasir dan orang tuanya didera, disulut dengan api menyala, dan banyak sekali macam tindakan keji yang mengerikan di luar batas peri kemanusiaan. Bahkan ibunya ditusuk dengan tombak dari selangkangannya hinga tembus ke punggungnya oleh Abu Jahal. Maka ibunya Amar bin Yasir menjadi  orang pertama yang mati syahid dalam Islam. Ayahnya juga meninggal dalam penyiksaan kafir quraisy. Penyiksaan-penyiksaan itu dilakukan untuk mengembalikan keimanan mereka terhadap berhala berhala yang sebelumnya mereka sembah. Namun perjuangan kaum kafir quraisy sia sia saja, keimanan mereka sangat teguh dan kokoh, tidak tergoyahkan oleh siksaan-saiksaan tersebut.  Amar bin Yasir dibebaskan sesudah ditebus oleh Abu Bakar Sidiq dengan tebusan yang cukup mahal.