Diluncurkan sebagai aplikasi khusus pada tahun 2014, aplikasi Inbox Google dibuat untuk menciptakan pengalaman email yang lebih efisien bagi penggunanya.
Dikutip dari laman digitaltrends, Google secara resmi menghentikan layanan aplikasi Inbox secara total pada Maret 2019. Google agaknya ingin fokus mengembangkan aplikasi pengiriman e-mail utamanya, yakni Gmail. Pembaruan pada Gmail dilakukan secara berkala, baik dari sisi desain, fitur, dan kinerja keseluruhan.
Dikutip dari laman digitaltrends, Google secara resmi menghentikan layanan aplikasi Inbox secara total pada Maret 2019. Google agaknya ingin fokus mengembangkan aplikasi pengiriman e-mail utamanya, yakni Gmail. Pembaruan pada Gmail dilakukan secara berkala, baik dari sisi desain, fitur, dan kinerja keseluruhan.
“tadinya Inbox adalah tempat untuk bereksperimen dengan ide-ide baru seperti menunda membaca email untuk diingatkan nanti, dukungan A.I untuk smart reply, dan notifikasi prioritas tinggi yang akan membantu kita semua tetap produktif”. ungkap Product Manager Matthew Izzat
Gmail sendiri telah melakukan perombakan desain besar-besaran pada bulan April tahun ini, sehingga wajar jika akhirnya beberapa fitur unggulan Inbox dialihkan ke gmail. Google sendiri telah membuat panduan transisi agar para pengguna tidak khawatir beralih dari aplikasi Inbox ke Gmail.
Walaupun sudah lama sekali Google tidak melakukan pembaharuan fitur yang disebar ke pengguna melalui Google PlayStore, Inbox Google sebetulnya menawarkan berbagai fitur yang menarik dan tidak ada di dalam layanan Gmail.
Adapun fitur yang tidak ada di Gmail, seperti Snoozing yang berfungsi untuk menghapus email dan reminders sementara waktu dari email pengguna. Sedangkan untuk Bundling, pengguna dapat dengan mudah merapikan email yang diterima berdasarkan kategorinya.