-->
Tumbuhan Senna, Terapi Sembelit Ala Rasulullah
4/ 5 stars - "Tumbuhan Senna, Terapi Sembelit Ala Rasulullah" Dari ‘Asma binti Umais r.a., ia menceritakan bahwa Rasulullah saw. bertanya kepadanya, “ Apa yang engkau gunakan untuk mencahar?” Ia ...

Tumbuhan Senna, Terapi Sembelit Ala Rasulullah





Dari ‘Asma binti Umais r.a., ia menceritakan bahwa Rasulullah saw. bertanya kepadanya, “Apa yang engkau gunakan untuk mencahar?” Ia menjawab, “Syubrum.” Beliau saw. bersabda, “(Syubrum) sifatnya panas dan terlalu keras.” ‘Asma berkata, “Aku pun menggunakan semua untuk melaksatif.” Rasulullah saw. bersabda, “Jika ada sesuatu yang sanggup mengobati dari kematian, itu ialah senna.” Abu Isa berkata bahwa hadits ini hasan gharib, “al-Masyyiy” maksudnya obat pencahar. (HR. At-Tirmidzi, derajatnya dha’if)

Apa itu Senna?
Daun Senna sifatnya panas-kering termasuk tingkatan pertama. Senna banyak terdapat di Mekkah yang dimuliakan Allah swt. Demikian pula para tabib (dokter) menentukan as-sana al-makki (senna mekah) lantaran merupakan jenis yang paling bagus.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Naabi saw.,
“Kalian harus menggunakan sana dan sanut lantaran pada keduanya terdapat obat dari segala penyakit, kecuali as-sam.”
As-sam adalah kematian. Keterangan ini mirip sabda ia saw. perihal habbatussauda : “Di dalamnya terdapat obat bagi segala penyakit.” Maksudnya, obat untuk banyak sekali penyakit.
Senna ialah obat mulia yang kondusif dari bahaya, sanggup memperkuat hati (jantung), melunakkan, dan tidak keras. Karena itu, para tabib (dokter) menggolongkannya ke dalam obat-obatan lantaran kemuliaannya di sisi mereka dan banyak manfaatnya.
Dalam At-Thibbun Nabawi dikatakan bahwa termasuk dalam rendaman urus-urus (yang sanggup membuang isi perut), dekok, pil tidak lain untuk memperlancar pembuangan isi perut juga meringankan sakit kuning dan empedu kuning serta lendir, bersatu dalam adonan ke dalam sendi-sendi, demikian pula bermanfaat untuk sakitnya dan perasaan was-was. Ibnu Sina memandangnya sebagai obat-obatan jantung.
Sabda Nabi saw. dalam hadist ‘Asma: “Dengan apa engkau istimsya (urus-urus, yaitu membuang isi perut)?” ‘Asma menjawab dengan syubrum maka ia bersabda, “Itu ialah obat panas mirip api, harus menggunakan senna.”
Nabi saw. bersabda,
Kalau ada sesuatu yang sanggup mengobati kematian, pastilah senna.”
Di dalamnya terdapat belakang layar tersembunyi dan makna yang mulia, dan bkti yang terang bahwa nabi saw. meneliti banyak warta lantaran syubrum obat ditolak, sangat berpengaruh membuang isi perut, sifatnya panas-kering termasuk tingkatan ke empat. Para tabib (dokter) meninggalkan penggunaannya lantaran berbahaya dan sangat keras membuang isi perut.
Anas r.a. telah meriwayatkan dari Nabi saw. ia bersabda,
Tiga kasus yang didalamnya terdapat obat untuk semua penyakit, kecuali as-sam: as-sana, as-sanut. Mereka (para sahabat) berkata, “Sana ini kami telah mengetahuinya kemudian apakah sanut?” Beliau menjawab, “Kalau Allah menghendaki, pastilah ia mengenalkannya kepada kalian,“ Muhammad (perawi) berkata, “Aku lupa yang ketiga.”
Air senna yang diminum dalam keadaan dimasak lebih cocok daripada meminum potongannya yang ditumbuk halus dan minuman tumbukannya dari 1 dirham hingga 3 dirham dan yang dimasak dari 7 – 10. Jika ditambahkan pada sanut yang dimasak bunga ungu dan kismis merah yang dicabut pangkalnya, itu lebih bagus.
Penulis Ath-Thibbun Nabawi berkata, “Senna lebih cocok menjadi obat urus-urus (pembersih isi perut), tetapi, harus ditambahkan pada keduanya, baik kismis maupun gula.”
Gum cassia atau ekdtrak biji senna cina (S. obtusifolia) digunakan sebagai biro pengental. Daun dan bunga cassia siam (S. siamea) digunakan dalam beberapa kuliner Asia Tenggara, mirip Thailand dan kuliner Laos. Senna dikenal sebagai khi-lek di Thailand dan dipakai dalam kari.
Senna italica ssp. italica (Cassia obovata) sering disebut inai netral dipakai untuk perawatan rambut dan mempunyai imbas yang sama dengan pacar, tetapi tanpa menawarkan warna merah, justru lebih pada semburat kuning. Komponen aktifnya ialah turunan antrakuinon yang disebut asam chrysophanic atau chrysophanol (1,8-Dihidroksi-3-methylanthraquinone), yang juga ditemukan dalam konsentrasi tinggi di akar rhubab . Chrysophanol telah dilaporkan mempunyai sifat antimikroba dan anti-inflamasi juga merupakan komponen feromon dari kumbang galeruca tanaceti.
Glikosida senna atau sennosida dipakai dalam kedokteran modern sebagai obat laxatif. Senna berisi daun kering S. alexandrina. Glikosida meningkatkan sekresi cairan lambung dan motilitas usus, merangsang tindakan pencahar.
Obat senna tersedia dalam bentuk bubuk, butiran, tablet, infus oral (diminum), dan sirup juga tersedia dalam kombinasi dengan diet serat psyllium untuk menambah massa isi usus. Produk ini hanya direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek dan penggunaan kronis. Penyalahgunaan senna telah dikaitkan dengan kegagalan organ.
Beberapa spesies senna dipakai sebagai obat herbal di Nigeria untuk mengobati banyak sekali kondisi, termasuk sembelit, bisul kulit jamur, dan wasir.
Jafi, dalam hal ini dapa diketahui maksud daun senna bersifat panas dan kering, panas berarti stimulant atau merangsang gerak peristaltic usus dan kering ialah mengeringkan isi usus atau dalam bahasa thibb mengeringkan humor berlebih. Itulah alasannya hingga dikala ini senna masih dipakai untuk mencahar tiga komponen humor, yaitu lendir, empedu kuning, dan empedu hitam.
Gambar. Tumbuhan Senna
Terapi Sembelit ala Rasulullah saw.
Alkisah ada seorang pangeran yang menderita sakit. Ia mengeluh mengalami gangguan pencernaan, sembelit, merasa suram, was-was, dan takut mati. Sang pangeran lantas meminta seorang dokter dari kota Fustat menuliskan sebuah risalah supaya sanggup dijadikan referensi dalam mengatasi penyakitnya. Sang dokter pun menjawab melalui risalahnya yang berjudul Fi Tadbir al-Sihhah.
“Para dokter setuju bahwa yang utama dalam gaya hidup sehat, yakni supaya tinja tetap lembut. Kapan pun tinja menjadi kering dan terlebih kalau tertahan maka dihasilkanlah uap yang sangat jahat. Uap tersebut naik menuju jantung dan otak, merusak humor (cairan tubuh), mengganggu paru-paru, menghasilkan kecemasan, banyak sekali pikiran jahat, kelumpuhan, dan keengganan untuk beraktivitas serta kendala berlebih pada pintu keluar sistem pencernaan. Oleh lantaran itu, berusaha secara maksimal untuk menjaga tinja tetap lembut ialah tindakan yang tepat.” Demikian goresan pena sang dokter pada kepingan ketiga risalahnya.
Sang dokter membuka kepingan ketiga risalahnya dengan mengungkap pentingnya tinja tetap lembut lantaran kepingan ketiga itu berjudul Untuk Terapi Tuan Kami, Khususnya Menurut Gejala yang Dikeluhkannya ditujukan guna mengatasi sumber persoalan penyakit melankolia sang pangeran yang dipicu oleh sembelit.
Ya, sembelit sang pangeran yang berjulukan Sultan Malik al-Afdhal, putra tertua Sultan Salahudin al-Ayyubi, ini dianggap berperan dalam memperburuk penyakit psikologinya. Risalah yang ditulis pada tahun 1198 oleh dokter Yahudi berjulukan Moses Maimonides ini, dianggap sebagai catatan pengobatan penyakit psikosomatik pertama yang terpublikasi. Walau demikian, untuk dikala ini kedokteran modern lebih mengenal imbas sebaliknya, yakni persoalan psikologis-lah yang memicu terjadinya sembelit.
Menurut Wahyudi Widada “Saat ini yang dikenal justru persoalan psikologis mirip stress sanggup memicu konstipasi bukan sebaliknya. Walau ada juga pembahasan, apabila terjadi gangguan eliminasi mirip sembelit maupun tertahannya urin, akan menjadikan zat racun yang tertahan itu terabsorpsi kembali ke peredaran darah dan mengakibatkan imbas buruk. Berbicara sembelit dikenal dua istilah, yaitu konstipasi atau terjadinya pengerasan tinja berlebih sehingga sulit dibuang. Lalu ada obstipasi, dimana isi usus mengalami sumbatan atau konstipasi yang cukup andal tanggapan tinja menyumbat. Pada kasus kedua, pencahar sanggup berperan untuk membantu.”
Obat Sembelit Pilihan Nabi Saw.
Ibnu Muflih al-Maqdisi menguraikan dalam kitab Al-Adab asy-Syariyah, “Para dokter menyatakan bahwa menahan angin (kentut) yang keluar sanggup mengakibatkan sembelit, pandangan mata gelap, penyakit hati, dan sakit kepala. Sementara itu, menahan kencing sanggup mengakibatkan terjadinya semua hal tersebut plus kencing kerikil kemudian menahan buang air besar sanggup mengakibatkan semua hal tersebut.”
Apabila sulit buang air besar, Rasulullah saw pun telah mengungkapkan dengan gamblang hukum penggunaan obat pencahar sebagaimana diterangkan dalam hadits “Asma binti Umais r.a.:
Rasulullah saw. pernah bertanya kepadanya (‘Asma): “Dgn apa engkau istimsya (mengobati sembelitnya)?” Ia (‘Asma) menjawab: ‘Syubrum.” Beliau bersabda: “Obat itu panas dan reaksinya cepat sekali.” Selanjutnya, ia (‘Asma) menguras perut dengan senna kemudian Nabi bersabda: “Kalau ada sesuatu yang sanggup mengobati kematian, pastilah senna.” (HR. At-Tirmidzi) Dalam satu riwayat Nabi bersabda, “Mengapa engkau tidak menggunakan senna?” Dalam satu riwayat: “Engkau harus menggunakan semua.”
Hadits mengenai ‘Asma r.a. tersebut merupakan dalil bahwa Nabi saw. mengetahui kekuatan obat-obatan dan perbedaan tingkatan serta penggunaannya dalam praktik pengobatan sebagaimana dijelaskan Imam adz-Dzahabi dalam Mukhtasar Kitab Ath-Thibbun Nabawi.
Menurut Ibnu Muflih, syubrum adalah kulit akar pohon, karakternya panas-kering pada level keempat. Para dokter tidak menganjurkan penggunaannya sebagai obat lantaran sanggup mengakibatkan kehilangan cairan tubuh secara berlebihan. Obat ini sanggup melunturkan obat-obatan, kotoran (tinja) yang keras, empedu kuning, dan lendir. Dapat menimbulkan sesak dada dan rasa mual. Jika dikonsumsi terlalu banyak, sanggup mematikan.
Syubrum adalah flora yang mempunyai nama latin Euphorbia piteous, yaitu flora perdu tahunan berbatang lunak (herbaceous) dan masih satu keluarga dengan flora patah tulang (Euporbia tirucalli). Umumnya flora dari jenis Euporbia sp. sifatnya mengiritasi dan beracun, terutama getahnya yang mirip susu. Wajar kiranya kalau Rasulullah saw. menyebutkan pengganti penggunaan syubrum sebagai pencahar.
Lantas apa itu senna? Menurut Ibnu Muflih, senna ialah flora yang tumbuh di kawasan Hijaz, yang terbaik ialah yang tumbuh di kawasan Mekah (senna makki). Karakternya panas-kering pada level pertama. Ia ialah obat mulia yang kondusif dari bahaya, sanggup memperkuat hati (jantung), dan melunakkan yang keras. Karena itu, para dokter menggolongkannya ke dalam obat-obatan lantaran kemuliannya di sisi mereka dan banyak menfaatnya, termasuk dalam rendaman urus-urus (pencahar).
Menurut buku WHO Monographs os Selected Medicinal Plants, senna ialah daun kering dari flora Cassia senna L. Nama lokalnya ialah alexandria senna, alexandrian senna, fan xie ye, indian senna, senna makki, atau true senna.
Di Indonesia, jenis yang berjulukan senna alexandrina disebut juga dengan daun senna atau jati cina. Senna merupakan flora orisinil Afrika dan tumbuh liar akrab dengan sungai Nil serta tersebar pula di Arab, India, dan Somalia.
Dalam buku Fitoterapi Dasar dinyatakan bahwa senyawa aktif daun senna ialah senosida A dan B yang bekerja pada kanal pencernaan, meningkatkan gerak peristaltik usus sehingga mempermudah buang air besar.
Senna lebih baik diminum dengan cara direbus daripada diminum dengan cara ditumbuh. Dosis yang disarankan hingga 3 dirham (1 dirham = 2,975 gram) sementara takaran airnya sanggup hingga 5 dirham. Akan lebih baik lagi kalau direbus bersama bunga violet (Viola odorata) dan kismis merah, demikian diuraikan dalam kitab Al-Adab asy-syariyyah.
Adapun dalam buku Fitoterapi Dasar dinyatakan bahwa perhitungan takaran yang dipakai untuk pintar balig cukup akal dan anak di atas sepuluh tahun ialah setara dengan 15-30 miligram turunan hidroksiantrasena dihitung sebagai senosida B atau diberikan 1-2 gram bubuk daun dipakai secara oral (diminum) sekali pada malam sebelum tidur.
Dalam Zadul Ma’ad, Ibnul Qayyim menjelaskan, “Komposisi kuliner dalam tubuh di negara-negarr panas atau pada animo panas biasanya mendesak dan tertarik ke kepingan atas tubuh (mulut) maka muntah pada dikala itu lebih bermanfaat. Namun, di negara-negara hambar atau pada animo dingin, kuliner lebih bersifat mengeras dan menggumpal, tidak tertarik ke kepingan atas tubuh maka pengosongan perut dilakukan melalui buang air besar.”
Adapun bagi penderita radang kolon (usus), usus buntu, keadaan dehidrasi, konstipasi kronik, perempuan hamil dan menyusui, dan anak dibawah sepuluh tahun, tidak dianjurkan mengonsumsi senna. Penggunaan lebih dari dua ahad dianjurkan untuk berkonsultasi pada dokter.
Efek Negatif dan Penyalahgunaan Senna
Senna telah disebutkan berkarakter panas dan kering, artinya ketika bekerja di usus maka akan aktif merangsang gerak peristaltik usus dan ini kalau berkepanjangan akan mengiritasi kanal cerna. Memang salah satu imbas dari obat panas ialah bersifat irritant. Selain itu, obat tersebut bersifat kering, artinya apabila dipergunakan terus menerus, akan mengakibatkan kekeringan, dalam bahasa kini ini artinya dehidrasi.
Hal ini dinyatakan terang dalam buku Fitoterapi Dasar bahwa penggunaan  jangka panjang atau penggunaan yang salah menjadikan kehilangan elektrolit (terutama hipokalemia, hipokalsemia), terjadinya albuminuria, dan hematuria, asidosis atau alkalosis metabolism, serta penurunan berat badan. Pada penderita yang lebih tua, mempunyai penyakit hipotensi (darah rendah) dan lemah tubuh kondisinya sanggup menjadi lebih jelek kalau secara berulang menggunakan senna, baik daun maupun bijinya.
Penggunaan senna kadang menimbulkan ketidaknyamanan ringan, mirip kram ataupun kolik (mulas). Menurut buku Fitoterapi Dasar, sebuah kasus hepatitis perhan dilaporkan tanggapan penyalahgunaan dari daun senna. Selain itu, penggunaan senna sanggup pula mengakibatkan melanosis koli, yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan makrofag yang berisi pigmen pada lapisan submukosa yang sanggup terjadi tanggapan dari penyalahgunaan jangka panjang. Kondisi ini tidak berbahaya dan sanggup hilang kalau penggunaan daun  senna dihentikan.
Penyalahgunaan yang umum terjadi pada dikala ini ialah penggunaan daun senna untuk melangsingkan tubuh. Kebanyakan mereka membeli simplisia senna yang dijual dengan nama daun jati cina dan dipakai terus-menerus untuk menurunkan berat badan, bukan untuk mengatasi sembelit.
Allah swt. berfirman,
Makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Sumber: Keajaiban Resep Nabi, Karya Joko Rinanto