Seorang gadis dengan iris mata berwarna biru Iangit saat ini sedang duduk di kursi meja belaiar, ia begitu fokus menatap layar laptop dihadapannya. Lilyana Mikailis, mahasiswi iurusan Ekonomi Bisnis di salah satu Universitas Negeri yang cukup terkenal di Jakarta, baru saia selesai mengisi Kartu Rencana Studi miliknya, menandakan dirinya sebagai mahasiswi semester lima tahun ini.
Lilyana, gadis bertubuh langsing dengan tinggi sedang untuk ukuran teman teman sebayanya. Wajah Lilyana blasteran karena ayahnya yang berdarah barat. Fisik membuatnya populer di kampus, ia bahkan sering diiuluki sebagai primadona kampus dan ia sangat membenci julukan tersebut.
Selain fisik yang sempurna, gadis yang biasa disapa Lily ini memiliki kepribadian yang bisa dikatakan baik, ia adalah seorang perempuan yang sangat mudah bergaul dan selalu ramah pada orang Iain. Meskipun begitu, Lily juga dikenal sebagai gadis dengan kepribadian yang lugu dan selalu bersikap lembut. Kecuali pada satu orang.
"Lily!" Suara itu terdengar memanggilnya dari lantai dasar rumahnya, suara yang sama sekali tidak asing baginya, suara yang setiap hari ia dengar.
"Ly!"
"Lyana!"
Seorang laki-Iaki yang mengenakan seragam putih abu-abu menengok ke dalam kamar gadis itu. "Lilyana!" panggilnya sekali Iagi. "Apa sih?" tanya Lily kesal.
"Liat pasangan kaos kaki ku gak?"
"Gak!"
"Cariin dong kak, pleaseee."
"lya iya!" Lily bangkit dari duduknya dan berialan ke arah kamar yang
terletak tepat di sebelah kamarnya. Lily mulai membuka Iemari dan mencari pasangan kaus kaki milik adiknya, Liandy Mikailis atau yang biasa disapa Andy.
"Nih!" teriak Lily sambil berialan menuruni tangga. Dibawah, Lily melihat sang adik yang sudah duduk tenang di salah satu kursi meia makan,