Sama seperti kebanyakan kepala rumah tangga yang lain, Wirya pun mesti cepat pergi ke kantor karena banyak pekerjaan tengah menumpuk dan harus segera pula diselesaikan. Namun keberangkatannya tertunda disebabkan aksi putri kecilnya yang tak mau turun dari gendongan sejak 10 menit lalu.
Laksmi memerlihatkan sikap manja pada sang ayah karena jarang bisa habiskan waktu bermain bersama di rumah, sibuk dengan pekerjaan. Jadi, batita itu bertingkah banyak guna mencari perhatian lebih dari sang ayah jika ada kesempatan, misalkan sekarang ini.
"Papa...," Laksmi bergumam kecil, lalu menaruh kepalanya dengan rasa nyaman yang besar di bahu kiri sang ayah.
"Papa...Papaa...," ulang batita itu dalam nada lucu.
"Laksmi sama Mama sini, Nak. Papa mau ke kantor."
Wirya cepat mengulas senyum tipis, tatkala istrinya yang duduk di tepian tempat tidur mengeluarkan beberapa kata guna membuiuk putri kecil mereka. Dan, gelengan singkat yang dilakukan Laksmi dapat pula dirasakannya. Wirya pun tertawa.
"Laksmi tidak mau." Wirya menyampaikan reaksi buah hati mereka kepada istrinya. Yang lantas hanya dibalas dengan anggukan mengerti dan senyuman hangat sang istri.
"Aku berangkatnya jam sembilan nanti. Setelah Laksmi sudah tidur saja, Latri. Biar Laksmi tidak menangis."
Latri menganggukkan kepalanya untuk kedua kali sebagai balasan. "Pulang jam berapa kira-kira nanti, Wi?"
" Bisa jangan lembur? Pulang cepat gimana, Wi?"
"Jam enam akan aku usahakan sampai di rumah, Latri."
"Ada apa? Tidak biasanya memintaku agar pulang lebih cepat Kenapa, Sayang?" tanya Wirya kemudian penasaran.
Kuluman senyum Latri bertambah, tatkala matanya dan sang suami saling bersirobok. "Hari ini ulang tahun lbumu, Wi. Apa kamu tidak ingat sama sekali? Sudah lupa?"