Dalam sistem pembagian terstruktur mengenai dua kingdom, jamur (fungi) dikelompokkan sebagai tumbuhan. Namun, dalam sistem pembagian terstruktur mengenai lima atau enam kingdom oleh Whittaker, jamur dikelompokkan dalam kingdom tersendiri, yaitu kingdom Fungi (jamur).
A. Ciri Jamur
Ciri/karakteristik jamur diantaranya yaitu eukariotik, mempunyai dinding sel, dan tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga jamur tidak sanggup menciptakan makanannya sendiri yang berupa materi organik. Bahan organik diperoleh dari lingkungannya, baik dari makhluk hidup lain ataupun didapatkan dari sisa makhluk hidup.
1. Ukuran dan bentuk tubuh
Jamur ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Namun sebagian besar jamur multiseluler. Jamur yang uniseluler berukuran mikroskopik contohnya khamir (Saccharomyces). Bentuk tubuh jamur bervariasi dari yang berbentuk oval hingga yang berbentuk benang atau membentuk tubuh buah pada jamur multiseluler. Jamur yang berrupa benang membentuk lapisan ibarat kapas, bercak, atau embun tepung (mildew) pada permukaan substrat daerah hidupnya, contohnya pada buah dan makanan. Tubuh buah jamur bermacam-macam ibarat mangkuk, payung, setengah lingkaran, kuping, atau bulat. Tubuh buah tersebut ada yang muncul di atas tanah dan ada yang berada dalam tanah.
Gambar. jamur multiseluler
2. Struktur dan Fungsi Tubuh
Beberapa jenis jamur mempunyai zat warna ibarat Amanita muscaria memiliki tubuh buah berwarna merah. Jamur multiseluler (terdiri dari banyak sel) mempunyai sel-sel memanjang berupa benang-benang yang disebut hifa (jamak hifae). Hifa ada yang bersekat dinamakan septum (jamak: septa). Septa atau sekat ini mempunyai celah sehingga sitoplasma antara sel yang satu dengan sel lainnya sanggup berhubungan. Ada juga hifa yang tidak mempunyai septa sehingga tubuh jamur tersebut merupakan hifa panjang dengan banyak inti. Hifa tanpa septa disebut senositik. Adanya septa merupakan salah satu dasar pembagian terstruktur mengenai jamur.
Hifa jamur bercabang-cabang dan kemudian berjalinan membentuk miselium (jamak: miselia). Sebagian miselium ada yang berfungsi untuk menyerap kuliner (dinamakan miselium vegetatif). Miselium vegetatif tertentu mempunyai struktur hifa yang disebut houstorium (jamak: houstoria). Houstorium sanggup menembus sel inangnya. Miselium juga ada yang membentuk alat reproduksi yaitu menghasilkan spora (disebut miseilium generatif).
3. Cara Hidup
Jamur hidup menyerap zat organik dari lingkungannya. Jamur bersifat heterotrof atau memperoleh zat organik dari hasil sintesis organisme lain. Zat organik sanggup berasal dari sisa-sisa organisme mati dan materi tak hidup atau pun dari organisme yang hidup. Berdasarkan cara memperoleh makanannya, jamur dibedakan menjadi jamur yang bersifat saprofit, parasit, dan mutual.
a. Saprofit
Jamur ini memperoleh zat organik dari sisa-sisa organisme mati dan materi tak hidup. Misalnya serasah (misalnya ranting-ranting/daun yang telah gugur dan melapuk), daun, pakaian, dan kertas. Jamur ini berperan sebagai pengurai (dekomposer) utama. Penguraian oleh jamur menimbulkan pelapukan dan pembusukan.
b. Parasit
Jamur yang bersifat memperoleh zat organik dari organisme hidup lain. Jamur dengan sifat ini merugikan organisme inangnya lantaran sanggup menimbulkan penyakti.
c. Mutual
Jamur ini saling menguntungkan dengan organismee inangnya. Contohnya, jamur yang bersimbiosis dengan ganggang biru atau ganggang hijau membentuk lumut kerak (lichen). Jamur membantu ganggang dalam menyerap air dan juga mineral, sedangkan ganggang akan menyediakan materi organik hasil fotosintesisnya bagi jamur. Contoh lain yaitu jamur yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan tingkat tinggi membentuk mikoriza (jamur pada akar). Jamur akan meningkatkan perembesan air dan mineral dari tanah oleh akar tumbuhan.
4. Habitat
Habitat jarmur berada di darat (terestrial) dan di tempat-tempat yang lembap. Namun demikian, banyak pula jenis jamur yang hidup pada organisme/sisa-sisa organisme di maritim atau air tawar. Jamur ada yang sanggup hidup di lingkungan asam, contohnya pada buah yang asam. Dapat pula hidup pada konsentrasi gula yang tinggi contohnya pada aselai. Jamur yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak sanggup hidup di gurun, gunung salju, dan kutub. Ada pula jenis jamur lain sanggup hidup pada tubuh organisme lain secara benalu maupun simbiosis.
5. Reproduksi
Jamur melaksanakan reproduksi secara aseksual maupun secara seksual. Secara aseksual (tidak kawin) terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler, serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada jamur multiseluler. Spora aseksual sanggup berupa sporangiopora atau konidiospora (spora konidia/konidia)/ sporangiospora dihasilkan dari pembelahan mitosis sel dalam kotak spora (sporangium) yang terdapat pada ujung sporangiofor.
Reproduksi secara seksual dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami (penyatuan sel atau hifa yang berbeda jenis).
B. Klasifikasi Jamur
Berdasarkan cara reproduksinya jamur dibedakan menjadi empat divisi yaitu:
1. Zygomycota
Ciri umum jamur Zygomycota diantaranya meliputi:
a. Struktur Tubuh
Tubuh Zygomycota terdiri dari hifa yang tak bersekat. Hifa ada yang membentuk sporangium yaitu struktur penghasil spora vegetatif. Alat reproduksi seksualnya yaitu zigosporangium (jamak: zigosporangia) yang berdinding tebal dan berwarna kehitaman. Zygomycota tidak mempunyai tubuh buah.
b. Habitat
Sebagian besar merupakan jamur terestrial (hidup di darat) yang hidup sebagai saprofit di tanah, makanan, atau pada sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Jamur ada yang hidup sebagai benalu pada insan dan tumbuhan sehingga menimbulkan penyakit. Selain itu, ada pula yang menguntungkan yaitu denegan melaksanakan simbiosis. Misalnya dengan ganggang hijau biru atau ganggang hijau membentuk lumut kerak (lichen), dan dengan akar tumbuhan tinggi sebagai mikoriza.
c. Reproduksi
Reproduksi Zygomycota yaitu secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual (tidak kaein) terjadi dengan fragmentasi miselium atau spora aseksual (spora vegetatif) yang dihasilkan oleh sporangium. Sedang reproduksi seksual dengan perkawinan antara hifa yang berbeda jenis, disebut hifa (+) dan hifa (-), menghasilkan zigospora. Zigospora adalah spora seksual (spora generatif), yaitu spora yang dihasilkan oleh reproduksi seksual. Tahap-tahap reproduksi pada Zygomycota yaitu sebagai berikut:
- Hifa dari jenis yang berbeda (yakni + dan -) saling berdekatan
- Hifa (+) dan hifa (-) tersebut membentuk cabang hifa yang disebut gametangium (jamak: gametangia). Kedua gametangia banyak mengandung banyak inti haploid (n).
- Dinding kedua gametangium kemudian pecah sehingga terjadi penyatuan plasma sel (plasmogami). Inti haploid hifa (+) bergabung dengan inti haploid hifa (-) dan kemudian membentuk zigospora. Zigospora yang terbentuk mempunyai inti-inti yang haploid (2n). Inti-inti diploid membelah secara meiosis menghasilkan inti-inti haploid (jumlah kromosomnya n). Selanjutnya zigospora mengalami dormansi (fase istirahat). Zigospora mengalami penebalan dinding sel sehingga sanggup roqueforti bertahan pada kondisi kering selama berbulan-bulan.
- Apabila kondisi lingkungan menguntungkan, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Inti-inti haploid di dalam sporangium membelah secara mitosis yang kemudian membentuk inti-inti spora.
- Jika sporangium masak, dindingnya akan robek sehingga spora tersebar.
- Spora yang jatuh di daerah yang sesuai (kondisi cocok) akan berubah menjadi hifa. Hifa berubah menjadi jamur baru.
d. Peran Zygomycota
Peran jamur Zygomycota diantaranya yaitu:
- Jamur Rhizopus oryzae digunakan untuk pembuatan tempe
- Jamur Mucor javanicus digunakan untuk pembuatan tape
- Jamur Rhizopus stolonifer, Rhizopus nigricans, Mucor mucedo, dan Pilobulus merupakan pengurai saproba sisa organisme atau materi yang terbuat dari produk organisme ibarat makanan. Rhizopus stolonifer tumbuh pada roti basi. Hifanya juga disebut stolon tumbuh di permukaan roti dengan cepat. Sebagian hifa ada yang membentuk struktur ibarat akar yang disebut rizoid (berfungsi untuk menempel pada substrat dan juga menyerap makanan). Rhizopus nigricans hidup pada tomat dan Mucor mucedo serta Pilobulus menguraikan kotoran hewan.
2. Ascomycota
Ciri umum Ascomycota yaitu sebagai berikut:
a. Struktur Tubuh
Ascomycota sebagian besar multiseluler. Ascomycota yang uniseluler contohnya Saccharomyces cereviceae (khamir). Ascomycota ada yang membentuk buah, namun ada pula yang tidak membentuk tubuh buah. Bentuk tubuh Ascomycota beragam, antara lain ibarat mangkuk, bulat, dan lingkaran panjang. Alat reproduksi aseksual Ascomycota yaitu hifa yang berdiferensiasi menjadi konidiofor. Pada ujung konidiofor terdapat konidiospora atau konidia (tunggal: konidium). Konidiospora tersusun dalam bentuk rantai ibarat kuas atau bergerombol bulat.
Alat reproduksi seksualnya yaitu askus (jamak: aski). Askus merupakan struktur ibarat kantung. Pada Ascomycota yang mempunyai tubuh buah, alat reproduksi seksual terdapat pada tubuh buah yang disebut askokarp. Pada askokarp terdapat banyak askus. Setiap askus akan menghasilkan askospora.
b. Habitat
Ascomycota umumnya hidup saprofit pada tanah dan sisa-sisa organisme (sampah). Sebagian Ascomycota merupakan benalu pada tumbuhan dan hewan. Ascomycota ada yang hidup di maritim dan merupakan salah satu saproba utama. Ada juga Ascomycota yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak (lichen).
c. Reproduksi
Ascomycota melaksanakan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual (tidak kawin) pada Ascomycota uniseluler dilakukan dengan membentuk kuncup atau tunas. Kuncup terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas.
Reproduksi seksual terjadi dengan penyatuan dua sel haploid (n) berbeda jenis yang berfungsi sebagai gamet (sel kelamin). Penyatuan tersebut menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot kemudian membesar menjadi askus. Di dalam askus terjadi pembelahan meiosis sehingga terbentuk empat sel askospora yang haploid (n). Askospora merupakan spora aseksual (spora vegetatif).
Berikut yaitu tahap reproduksi seksual Ascomycota multiseluler.
- Hifa yang berbeda jenis berdekatan.
- Salah satu hifa yang dianggap hifa “betina” membentuk askogonium dan hifa jenis lainnya yang dianggap “jantan” membentuk anteridium. Askogonium dan anteridium masing-masing mempunyai sejumlah inti haploid (n).
- Dari arkegonium tumbuh trikogin, yaitu struktur penghubung askogonium dengan anteridium.
- Melalui trikogin terjadi perpindahan plasma dan inti anteridium ke askogonium sehingga pada askogonium terjadi penyatuan plasma (plasmogami) dan terbentuk dua inti haploid (n) yang berpasangan (dikariotik).
- Askogonium kemudian tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi lantaran pembelahan mitosis. Inti-inti membelah secara mitosis tetapi tetap berpasangan.
- Pada Ascomycota yang mempunyai tubuh buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut tubuh buah berupa askokarp. Ujung-ujung hifa pada askokarp membentuk askus dengan dua inti haploid dikariotik.
- Dalam askus kemudian terjadi kariogami menghasilkan inti diploid (2n). Fase diploid ini singkat lantaran kemudian inti tersebut membelah secara meiosis menghasilkan empat inti haploid (n). Setiap inti haploid membelah lagi secara mitosis sehingga setiap askus mengandung delapan inti haploid (n).
- Dinding sel kemudian terbentuk di sekitar delapan inti dan membentuk askospora.
- Askospora yang telah masak/matang akan tersebar dari askus yang pecah.
- Askospora yang jatuh di daerah yang sesuai dan cocok akan berkecambah menghasilkan hifa haploid yang baru.
d. Peran Ascomycota
Ascomycota yaitu kelompok jamur yang paling beragam. Berikut yaitu tugas menguntungkan jamur Ascomycota, yaitu:
- Saccharomyces cereviceae berperan untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol. Jamur ini mengubah gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Karbon dioksida inilah yang menimbulkan gabungan roti mengembang.
- Saccharomyces ellipsoideus, berperan untuk pembuatan wine dan buah anggur
- Saccharomyces tuac, berperan untuk pembuatan tuak dari air nira.
- Neurospora crassa, untuk pembuatan oncom.
- Morchella esculenta dan Sarcoscypha coccinea, yaitu jamur yang tubuh buahnya sanggup dimakan.
Contoh jamur Ascomycota yang merugikan lantaran bersifat benalu yaitu sebagai berikut.
- Venturia inaequalis yaitu jamur penyebab penyakit yang merusak buah apel
- Claviceps purpurea merupakan jamur penyebab penyakit ergot pada tumbuhan gandum. Tanaman yang berpenyakit ini kalau dimakan oleh binatang ternak atau insan akan menimbulkan penyakit yang disebut ergotisma. Gejala ergotisma yaitu kejang otot dan kelumpuhan.
3. Basidiomycota
Ciri umum Basidiomycota yaitu sebagai berikut.
a. Struktur tubuh
Basidiomycota yaitu jamur multiseluler yang hifanya bersekat. Hifa vegetatif Basidiomycota terdapat dalam substratnya (tempat hidupnya), contohnya pada kulit kayu, tanah, atau serasah daun. Jalinan hifa generatif ini ada yang membentuk tubuh buah dan ada yang tidak. Tubuh buah pada Basidiomycota disebut basidiokarp. Bentuk basidiokarp bermacam-macam, contohnya ibarat payung, kuping, atau ada juga bentuk setengah lingkaran. Pada potongan bawah tudung basidiokarp terdapat lembaran-lembaran (bilah). Pada lembaran/bilah ini terbentuk banyak basidium yang akan menghasilkan spora basidium (basidiospora). Basidiospora merupakan spora generatif.
b. Habitat
Jamur ini umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup, contohnya serasah daun di tanah, merang padi, atau batang pohon yang mati. Jamur yang benalu hidup pada organisme inangnya contohnya pada tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada juga yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza.
c. Reproduksi
Reproduksi Basidiomycota terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual yaitu dengan membentuk spora konidia. Seperti Zygomycota dan Ascomycota, reproduksi seksual (secara kawin) Basidiomycota terjadi melalui perkawinan antara hifa yang berbeda jenis menghasilkan spora seksual (spora generatif) yaitu spora basidium (basidiospora).
Berikut yaitu tahap reproduksi seksual sehingga terbentuk spora basidium:
- Hifa jenis (+) dan hifa jenis (-) yang berinti haploid (n) berkecambah dari basidiospora. Kedua hifa ini saling bersinggungan.
- Plasmogami terjadi antara hifa jenis (+) dan hifa jenis (-) sehingga inti salah satu hifa pindah ke hifa lainnya membentuk hifa dengan dua inti haploid (n) yang berpasangan (dikariotik).
- Hifa haploid (n) dikariotik tumbuh menjadi miselium haploid yang dikariotik.
- Miselium dikariotik tumbuh dan kemudian membentuk tubuh buah yang disebut basidiokarp.
- Pada ujung-ujung hifa basidiokarp terjadi kariogami sehingga membentuk basidium yang bernti diploid (2n).
- Inti diploid dalam basidium akan mengalami pembelahan secara meiosis menjadi empat inti yang haploid (n)
- Basidium membentuk 4 (empat) tonjolan yang disebut sterigma pada ujungnya.
- Satu inti haploid pada basidium kemudian masuk ke dalam salah satu sterigma dan kemudian berubah menjadi basidiospora.
- Apabila basidiospora terlepas dari basidium dan jatuh pada daerah yang sesuai, akan tumbuh menjadi hifa yang haploid.
d. Peran Basidiomycota
Peran menguntungkan jamur Basidiomycota yaitu sebagai berikut.
- Jamur kuping (Auricularia polytrica), jamur merang (Volvariella volvacea), dan jamur shitake (Lentinulla edodes) sanggup dimakan tubuh buahnya
- Jamur kayu (Ganoderma) berperan sebagai obat atau kuliner suplemen.
Sebaliknya, jamur Basidiomycota yang merugikan yaitu sebagai berikut.
- Jamur karat (Puccinia graminis) merupakan benalu pada daun tumbuhan pertanian dari famili Gramineae, contohnya jagung dan gandum.
- Puccinia arachidis adalah benalu pada tumbuhan kacang tanah
- Ustilago maydis, parasit pada jagung.
- Amanita ocreata dan Amanita phalloides, merupakan jamur beracun dan mematikan kalau dimakan.
- Amanita muscaria, dapat menimbulkan halusinasi kalau dimakan. Jamur ini mempunyai tubuh buah yang sulit dibedakan antara yang beracun dan tidak beracun sehingga lebih baik jangan memakan jamur yang belum diketahui sanggup dimakan atau tidak.
4. Deuteromycetes
Deuteromycota bukan kelompok jamur yang bersama-sama (tidak sejati) dalam pembagian terstruktur mengenai jamur. Setiap jenis jamur yang sudah diidentifikasi tetapi belum diketahui reproduksi seksualnya dikelomppokkan dalam Deuteromycetes atau disebut juga jamur tidak sempurna.
Deuteromycetes umumnya bersifat benalu dan mempunyai hifa bersekat. Contohnya yaitu Tricophyton, Mycrosporum, dan Fusarium sp.
C. Lumut Kerak dan Mikoriza
Beberapa jenis jamur bersifat mutual, yaitu bersimbiosis dengan organisme lain. Hasil simbiosis jamur dengan organisme lain, yaitu lumut kerak dan mikoriza (jamur yang hidup di akar).
1. Lumut Kerak
Lumut kerak (lichen) merupakan bentuk kehidupan bersama saling menguntungkan (simbisosis mutualisme) antara jamur dan mikroorganisme fotosintetik. Jamur dalam lumut kerak umumnya yaitu Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycetes. Sedangkan organisme fotosintetik dalam lumut kerak yaitu Cyanobacterium atau ganggang hijau uniseluler. Jamur yang bersimbiosis ini memperoleh hasil fotosintesis dari Cyanobacteria atau ganggang hijau. Selain itu, jamur juga menjaga ketersediaan air bagi Cyanobacteria atau ganggang hijau. Cyanobacteria memperoleh nutrien untuk proses fotosintesis yang diserap oleh jamur dari lingkungan.
Lumut kerak melaksanakan reproduksi secara aseksual atau seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan fragmentasi tubuh vegetatif yang disebut talus atau dengan suatu struktur yang disebut soredia (tunggal: soredium). Soredia terdiri dari satu atau beberapa sel fotosintetik yang dikelilingi oleh hifa/benang-benang. Soredia lepas dari induk lumut kerak (lichen) dan disebarkan oleh udara. Jika jatuh ditempat yang cocok, soredia akan tumbuh menjadi lumut kerak baru. Reproduksi seksual dilakukan kalau jamur bersimbiosis dengan Ascomycota atau Basidiomycota menghasilkan askospora atau basidiospora. Namun, spora-spora tersebut tidak disertai sel-sel fotosintetik sehingga tidak akan tumbuh membentuk lumut kerak baru. Lumut kerak hidup di tempat-tempat terbuka, contohnya batang pohon, tanah, atau batuan.
Gambar. Lumut kerak pada batang pohon
2. Mikoriza
Mikoriza yaitu simbiosis mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan tinggi. Tanpa adanya mikoriza, beberapa tumbuhan tidak sanggup menyerap air dan mineral yang cukup dari dalam tanah untuk pertumbuhan yang maksimum. Oleh lantaran itu, terbentuklah mikoriza pada akar beberapa jenis tumbuhan.
Jamur dan tumbuhan tingkat tinggi masing-masing menerima keuntungan. Jamur akan memperoleh senyawa organik, contohnya gula dan asam amino dari tumbuhan. Tumbuhan memperoleh air juga mineral (terutama fosfor) yang diserap oleh jamur dari dalam tanah. Jamur menyediakan hormon pertumbuhan tertentu bagi tumbuhan dan melindungi akar tumbuhan terhadap bisul mikroorganisme. Tumbuhan yang mempunyai mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dan suhu yang ekstrim, lantaran lebih terjaga berkat jamur.
Mikoriza dibedakan menjadi dua, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jamur melingkupi akar tumbuhan. Hifa jamur yang menempel pada akar memperluas permukaan akar sehingga akar sanggup menyerap air dan mineral lebih banyak dan optimal. Pada endomikoriza, hifa jamur menginfeksi ke dalam jaringan akar yang kemudian hifa tidak tampak dari luar.