-->
Pergeseran Dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan
4/ 5 stars - "Pergeseran Dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan" Perubahan Kode Kode Kebahasaan - Peristiwa kebahasaan menyerupai yang disampaikan di atas merupakan kenyataan linguistik dalam masyarakat ...

Pergeseran Dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan



Perubahan Kode Kode Kebahasaan - Peristiwa kebahasaan menyerupai yang disampaikan di atas merupakan kenyataan linguistik dalam masyarakat atau komunitas multilingual. Adapun yang dimaksud dengan komunitas multilingual atau multibahasa adalah kelompok sosial tertentu, atau sebut saja guyub bahasa tertentu, yang di dalamnya terdapat beberapa macam instruksi kebahasaan yang biasa dipakai dalam setiap insiden pertuturan antarwarganya. Lazimnya, kode-kode kebahasaan yang terdapat dalam masyarakat multilingual yang demikian memiliki kiprah dan fungsi bermacam-macam. Ada kode-kode kebahasaan yang dianggap sopan atau santun, ada kode-kode kebahasaan yang dianggap biasa-biasa saja, malahan ada pula kode-kode kebahasaan yang dipandang kaku dan kasar.
Dengan perkataan lain, dalam masyarakat atau komunitas multilingual itu ada kode-kode kebahasaan tertentu yang diperankan sebagai ragam bahasa tinggi, tetapi ada juga kode-kode tertentu yang diperanfungsikan sebagai ragam rendah. Pada masyarakat multilingual, yang dalamnya terdapat perbedaan kiprah dan fungsi yang cukup terang atas ragam-ragam atau kode-kode kebahasaan yang dimilikinya menyerupai yang dicontohkan di atas tadi, dengan sendirinya membentuk situasi diglosik  atau diglosia. Masyarakat atau komunitas tuturnya sendiri disebut dengan masyarakat diglosik atau diglosia lantaran di dalamnya memang terdapat tanda-tanda dan aneka fakta diglosia. Salah satu kenyataan yang tidak mampu dipungkiri di dalam komunitas multilingual yang berfakta diglosia adalah selalu bergesernya kode-kode kebahasaan yang dipakai oleh setiap warga masyarakat atau komunitasnya. 

Jadi pergeseran kode-kode kebahasaan itu tidak selalu harus terjadi dalam sosok bahasa yang berciri makro, tetapi mampu pula pada aspek-aspek kecil atau bahkan faset-faset yang sangat kecil dari entitas kebahasaan tersebut. Bahkan, dalam komunitas multilingual tertentu menyerupai ]awa dan Sunda, pergeseran makna atau maksud bahasa kelihatan terang dari gaya bahasa dan cara pembahasaannya. Pergeseran kode-kode kebahasaan yang semacam itu tidak kelihatan secara kasat mata (overt), tetapi tidak mampu simpel dicerap diindra (covert), terlebih-lebih oleh orang-orang yang berada di luar lingkup warga masyarakat multibahasa itu.

 Peristiwa kebahasaan menyerupai yang disampaikan di atas merupakan kenyataan linguistik dalam Pergeseran Dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan

Pengamatan Anda menyerupai yang disampaikan di atas memang benar dan hal itu merupakan fakta pergeseran kode-kode kebahasaan cenderung halus dan berciri internal. Dikatakan halus lantaran pergeseran kode-kode terjadi dengan alami dan natural, seiring dengan bergulirnya keeratan kadar persahabatan dan keintiman kualitas relasi di antara mereka secara perlahan-lahan. Dikatakan berciri internal lantaran pergeseran kode-kode kebahasaan itu masih terjadi dalam lingkup satu rumpun bahasa sifatnya tertentu, tidak terjadi lompatan ke dalam kode-kode kebahasaan yang memiliki perbedaan rumpun dan memiliki ciri-ciri keasingan lingual.
Perubahan atau pergeseran di dalam cara penyapaan dari bentuk “mbak” dan “mas” menjadi 'situ' atau ‘situ-situ’, bekerjsama terjadi lantaran ada maksud tertentu yang mencuat di balik relasi yang telah terjalin cukup dekat itu. Dengan gaya 'situ-situ’ (jawa: kona-kono Indonesia: kamu-kamu), tersirat bahwa bekerjsama ada sesuatu yang dirasakan secara tolong-menolong sudah tidak pas lagi dipakai di dalam penyapaan di antara mereka berdua lantaran fakta relasi mereka sudah semakin intim. Tetapi, di balik fakta kebahasaan itu juga dirasa masih terlalu cepat untuk hingga pada bentuk sapaan 'mas' dan ‘dik'. Terlebih-lebih lagi bentuk sapaan "papa” dan "mama”, yang hanya lazim dipakai setelah mereka mengikat diri di dalam pernikahan. Satu hal penting yang perlu dicatat dalam kenyataan ini adalah pergeseran dari instruksi kebahasaan  ke dalam instruksi kebahasaan lainnya selalu dibarengi dengan  maksud dan tujuan tertentu yang jelas.
Perubahan dari pemakaian instruksi sapaan yang satu ke dalam instruksi sapaan yang lainnya juga selalu dilatarbelakangi maksud dan tujuan yang terang dan sungguh-sungguh genah. Manakala kadar keakraban persahabatan dan kualitas keintiman relasi mereka tidak lagi mampu dipertahankan, mampu jadi perrgeseran kode-kode kebahasaan itu akan cepat berbalik mundur, bahkan mampu menjadi relatif kasar dan memiliki konotasi saling tidak menyenangkan. Dalam khasanah sosiolinguistik, kenyataan yang terjadi pertama lazim disebut dengan forward-step anda switching (kode bergeser kea rah depan), sedangkan yang disebutkan terakhir itu dinamakan back-ward-step code switching (kode bergeser ke arah belakang).

Peristiwa pergeseran kode-kode kebahasaan itu mampu terjadi di dalam  ranah (domain) dan kesempatan (chance), sebagai simpulan tidak langsung dari tidak terhindarinya insiden persentuhan kode-kode kebahasaan yang satu dengan yang lainnya dalam wadah masyarakat tutur multilingual itu. Di satu sisi pergeseran kode-kode kebahasaan itu akan mengakibatkan kompleksitas dalam pembelajaran dan pemahaman bahasa  yang bersangkutan. Tetapi, di sisi lain, justru dengan insiden pergeseran kode-kode kebahasaan itulah mampu terjadi penggambaran fakta bahasa yang murni, bahasa yang berhakikat tidak berdimensi satu, tetapi berfaset serbajamak.

Sumber http://www.satubahasa.com