-->
6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
4/ 5 stars - "6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah" Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh? Mengenal 6-Tokoh penting! Mursyid  Al-Idrisiyyah (Guru peserta sanad) Toriqoh  Al Idrisiyy...

6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah



Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh?

Mengenal 6-Tokoh penting! Mursyid Al-Idrisiyyah (Guru peserta sanad)

Toriqoh Al Idrisiyyah adalah sebuah pergerakan  Islam yang bermanhaj Tarekat dengan Al-Quran dan As-Sunah sebagai sumber ajarannya Rosulullah SAW. Berbasis pondok pesantren (Fadris) yang menyelenggarakan pendidikan Islam dan umum, yang mempunyai banyak kegiatan selain mengelola pendidikan, dan kegiatan ekonomi yang berupa mini market yang diberi nama Qini Mart.

Tarekat Al-Idrisiyyah tidak terlepas dari sejarah terjang para Guru Mursyid dan tokoh-tokohnya, yang menjadi pencetus Jam’iyah (perkumpulan). Guru Mursyid Al-Idrisiyyah kini yang ada di Indonesia, Kabupaten Tasikmalaya. dengan Ketuanya: Syekh Muhammad Fathurrahman M.Ag

Menurut sejarah..
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad_ibn_Idris_al-Fasi Hasani (1173 – 1253 H / 1760 - 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas'ud ad-Dabbagh Ra.

Nisbah yang terus berlanjut hingga sekarang. Nah! berikut ini 6-Tokoh-tokoh Al-Idrisiyyah yang membawa Tarekat ini hingga ke indonesia..

 Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh 6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
6-Tokoh penting Tarwkat Al-Idrisiyyah-alidrisiyyah.or.id


1. Syekh Muhammad Fathurrahman M.Ag yaitu Pimpinan Bimbingan Majlis Taklim Al Idrisiyyah di Indonesia ketika ini
 Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh 6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
Syekh Muhammad Fathurrahman M.Ag-alidrisiyah.or.id

Mursyid Al-Idrisiyyah (2010)


Syekh Muhammad Fathurrahman lahir tahun 1973 di Tasikmalaya. Dari pasangan seorang Ajengan kharismatik yang bernama Nasruddin dan Maimunah. Setelah Beliau diangkat sebagai menantu oleh Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan dari anaknya yang pertama, Beliau kemudian dipercayakan memegang tanggung jawab organisasi Yayasan Al-Idrisiyyah sebagai Ketua Umum. Dari jabatan yang diberikan inilah, banyak pengalaman yang diperolehnya terutama dalam kasus kepemimpinan.

Sejarah pendidikan Beliau di bidang agama diawali ketika mengenyam pendidikan Tsanawiyyah. Belum dua tahun Beliau meneruskan pendidikannya, atas dasar keinginannya berkhidmah kepada Guru pendidikan formalnya sempat terhenti. Hari-harinya diisi dengan berkhidmah dengan membantu Gurunya dalam beraktivitas. Banyak pekerjaan lainnya yang dia kerjakan, semoga sanggup berkhidmah secara penuh kepada Guru mursyid kita, Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan. Seperti memotong kayu bakar, memanjat pohon kelapa untuk mengambil buahnya, jualan kecambah (taoge) di pasar, jualan ikan asin, mengurus gilingan tepung beras, dan mengurus bebek. Beliau rela putus sekolah, untuk sanggup berkhidmah kepada Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan.

Pendidikaan yang erat dengan Beliau ketika itu ialah mendalami keilmuan Pesantren tradisional, menyerupai mendalami kitab kuning. Tidak hanya di Pondok Fadris saja, tapi ia berusaha mengembangkan diri mencari ilmu-ilmu dasar kitab kuning ke aneka macam Pesantren menyerupai di Garut, Limbangan, Sukabumi dan Banten.


2. Syekh al-Akbar Muhyiddin Muhammad Dud Dahlan Ra.
 Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh 6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
Syekh al akbar M. Muh. Daud Dahlan-alidrisiyyah.or.id

Penerus Syeikh Al-Akbar muhammad dahlan

Sejarah Kelahiran dan Tanda-tanda Kekhalifahan pada Dirinya

Beliau lahir pada di Jakarta, pada tanggal 7 April 1952 M / 12 Rajab 1370 H. Ibunda dia berjulukan Siti Am

inah binti H. Muh. Darsu. Sejak kecil dia sudah berpisah dari orang tuanya, dia diasuh oleh Kakeknya. Melalui kakeknya inilah dia diajarkan menghadapi realita kehidupan yang cukup keras. Setelah begitu usang dia bersama kakeknya, suatu ketika sang Kakek memperlihatkan kepada dia bahwa orang tuannya ialah seorang Guru, sambil mengisyaratkan kepada Asy-Syekh Al-Akbar Muh. Dahlan yang sedang mengajar di Masjid Al-Fattah Jakarta.

Pada ketika kabar itu disampaikan, spontanitas dalam hati Muhammad Daud kecil menyampaikan ‘Kalau sudah besar nanti, saya harus menjadi seorang Guru menyerupai Bapakku’.

Tidak banyak, bahkan tidak ada yang menduga bahwa dia yang dipanggil ‘Abah Anom’[1] oleh Ayahanda-nya, akan menjadi penerus perjalanan kepemimpinan Thariqat ini.

Sebenarnya, berdasarkan penuturan dia sendiri beberapa insiden absurd semenjak kecil sudah dialami beliau. Di antaranya diselamatkan oleh kekuatan ghaib ketika terjadi kecelakaan, sehingga mengakibatkan dia yang waktu itu masih kecil sudah berada di bawah kendaraan beroda empat VW ‘kodok’. Namun insiden itu tidak menciptakan dia celaka sedikitpun, padahal body VW itu begitu rendah dengan dasar jalan.

Satu tanda lainnya, dikisahkan bahwa ketika seseorang menanyakan siapa pengganti Bapak (Asy-Syekh Al-Akbar Muh. Dahlan)? Beliau menjawab: ‘Tidak usah khawatir, lantaran dia sudah ada di pangkuanmu’. (Pada ketika itu orang yang bertanya sedang menggendong Asy-Syekh Al-Akbar M. Daud Dahlan kecil).

Pak Hasbullah, mengisahkan bahwa ada beberapa orang yang gres saja keluar dari kediaman Asy-Syekh Al-Akbar Muh. Dahlan ra. Sudah menjadi kebiasaan dia apabila ada orang yang gres saja tiba dari kamar sang Mursyid pribadi dia hampiri dan menanyakan apa yang gres dikatakan Asy-Syekh Al-Akbar, barang kali ada hal yang terbaru yang belum ia dengar.[2]

Ketika itu ia dapatkan cerita terbaru, orang yang gres keluar tadi menyampaikan bahwa Asy-Syekh Al-Akbar mengabarkan bahwa pengganti Bapak kini sedang ada di Saudi. Pada ketika itu Asy-Syekh Al-Akbar memang sedang berada di Saudi Arabia menjadi TKI bersama isteri beliau.

Salah seorang murid pernah menatap Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Dahlan yang ada pada diri Asy-Syekh Al-Akbar Muh. Daud Dahlan ketika dia sedang berceramah di mimbar. Bahkan ada yang menyampaikan bahwa banyak kemiripan keduanya, di antaranya gaya dia memberikan nasehat.

Seorang murid yang dibukakan mata hatinya pada ketika Muh. Daud Dahlan berkhutbah di masjid, melihat sosok dia (Muh. Daud Dahlan) berkembang menjadi sosok Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Dahlan. Hal ini memperlihatkan pelimpahan cahaya ruhani yang berpengaruh kepada dia sebagai calon pengganti Ayahandanya. Hal serupa juga diungkapkan oleh seorang tokoh masyarakat di Batu Tulis yang dimimpikan bahwa ketika Muh. Daud Dahlan mengajar, terjadilah perubahan wujud menjadi Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Dahlan ra.

Seorang Ustadz mendengar Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Dahlan ra. (ketika itu sedang istirahat/uzur) menyampaikan bahwa pengganti dia ialah orang yang berani. Saat itu datanglah Asy-Syekh Al-Akbar Muh. Daud Dahlan sedang dirundung musibah, lantaran habis berkelahi dengan seorang pegawanegeri militer yang menjadikan profesinya sebagai supir bis menjadi terancam. Maka dengan titah yang diberikan oleh Guru sekaligus Ayahandanya, sehabis itu dia mulai berkonsentrasi penuh mengelola kiprah yang gres saja diembannya itu, yakni sebagai Ketua Umum Yayasan Al-Idrisiyyah.

Belakangan, dengan adanya aneka macam perselisihan mengenai kedudukan dia (apakah hanya sebagai Ketua atau Mursyid), maka bertanyalah dia kepada Ayahandanya. Maka dijawab, ‘Itu sih, terserah Abah Anom (Asy-Syekh Al-Akbar Muh. Daud) saja!”

Dengan demikian, lega-lah apa yang menjadi kegundahan beliau, sehingga dia mantap menjadi pemimpin sekaligus penuntun murid di atas jalan Thariqat ini.


3. Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Dahlan

 Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh 6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Dahlan-alidrisiyyah.or.id

(21 Desember 1916 – 17 September 2001)

A.    Sejarah Kelahiran dan Tanda Kekhalifahan yang ada pada Dirinya

Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Dahlan merupakan putra (anak laki-laki) tertua dari Asy-Syekh Al-Akbar Abdul Fattah. Beliau dilahirkan pada tanggal 21 Desember 1916 M bertepatan dengan 26 Safar 1334 H di daerah Cidahu, Tasikmalaya.

Pendidikan awal dia diperoleh pribadi dari ayahandanya. Kemudian Sekolah Rakyat Melayu di Singapura. Sepulang Syekh Abdul Fattah ke tanah air pada tahun 1932 dia disekolahkan di Madrasah ‘Unwanul Falah, Habib Ali Kwitang dan Madrasah Jami’atul Khair Tanah Abang, Jakarta. Setelah menimba ilmu di dua madrasah tersebut, ia mendapatkan kiprah untuk mempersiapkan kitab-kitab ayahnya manakala membahas suatu persoalan, menunggunya hingga selesai dan mengembalikan kitab tersebut ke tempatnya semula. Pendidikan model terakhir inilah berdasarkan dia sangat besar pengaruhnya terhadap diri dan kehidupan dia selanjutnya.

Berbagai kabar mengenai kebesaran dia telah tercium di masa kanak-kanak oleh beberapa orang yang telah dianugerahi Mukasyafah. Di antaranya Habib Jamalulail yang menjadi Guru ayahanda beliau, yakni Asy-Syekh Al-Akbar Abdul Fattah yang menyatakan bahwa bayi ini (Muh. Dahlan) ialah Wali Akbar. Pernyataan itu juga dilontarkan oleh Habib Ali Al-Habsyi[1] Kwitang sewaktu dia masih mencar ilmu di sana.

Pernah suatu peristiwa, ketika Asy-Syekh Al-Akbar Abdul Fattah bersama beberapa orang murid dia mengadakan perjalanan berziarah ke tempat-tempat Awliya untuk bertabarruk (mengambil berkah) di daerah Jawa, khususnya Jawa Barat.

4. Asy-Syekh Al-Akbar Abdul Fattah

Mursyid Al-Idrisiyyah (Si Linggis)
 Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh 6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
Asy-Syekh Al-Akbar Abdul Fattah-alidrisiyyah.or.id

Asy-Syekh Al-Akbar Abdul Fattah (1884 – 1947)

Pada awal perjalanan spiritualnya, dia sempat menimba ilmu kepada seorang Kiyai yang berhaluan Thariqat Tijaniyyah, yakni KH. Suja’i, hingga tahun 1910. Di sini Syekh Abdul Fattah mencar ilmu lebih dari 7 tahun dan menjadi salah seorang santrinya yang ulet dan sungguh-sungguh menimba ilmu kepada gurunya. Beliau populer dengan sebutan ‘Si Linggis’, lantaran begitu tajam dan dalam analisa dia terhadap aneka macam masalah. Bahkan terkadang pelajaran yang belum disampaikan gurunya, telah bisa dikuasainya. Hingga pada suatu ketika Syekh Abdul Fattah menjumpai sebuah ayat Al-Quran:

“Barang siapa yang mengambil hidayah (petunjuk) Yang Mahakuasa maka dia termasuk orang yang diberi petunjuk, dan barangsiapa yang sesat (karena tidak mengambil hidayah) Yang Mahakuasa maka ia tidak sekali-kali mendapatkan seorang Wali yang Mursyid”. (QS. Al-Kahfi : 17)

Beliau mempertanyakan siapakah “Wali Mursyid” yang dimaksud dalam ayat tersebut. KH. Suja’i menjelaskan bahwa mencari Wali Mursyid itu ialah suatu keharusan, sedangkan KH. Suja’i sendiri mengaku bukan seorang Wali Mursyid. Karena itu dia menyarankan Syekh Abdul Fattah untuk mencarinya.

Awal pencarian Guru Mursyid telah dia lakukan di daerah Pulau Jawa dan Sumatera, hingga karenanya dia tetapkan mencarinya ke daerah Timur Tengah, khususnya Makkah Al-Mukarramah.

Keberangkatan dia yang pertama, dengan membawa seluruh keluarganya. Harta benda dan tempat tinggal dia tinggalkan demi mendapatkan cahaya petunjuk seorang Wali Mursyid. Konon, isteri dia Ibu Siti Zubaidah merupakan keturunan orang yang berada, sehingga beberapa lahan tanahnya dijual untuk perbekalan selama perjalanan.

Perjalananpun dimulai, dengan kapal maritim rombongan mulai singgah dari pelabuhan satu ke pelabuhan yang lain. Namun perjalanan menuju Mekkah menjadi terhenti, ketika kapal yang dia tumpangi mengalami kerusakan di Singapura. Saat itulah terjadi musibah, di mana seluruh keluarga dia mengalami kehilangan perbekalan.


5. syekh Ahmad Syarif-as-Sanusi
 Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh 6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
Syekh Ahmada Syarif as-Sanusi-alidrisiyyah.or.id


Syekh Ahmad asy-Syarif dilahirkan pada tahun 1873 di Jaghbub

(1873-1932)

Keadaan diri dan kelahirannya

Sayid Ahmad Syarif mempunyai postur badan yang sedang, mukanya panjang dan tebal, dan andaikata matanya tidak cekung ke dalam maka dia tampak menyerupai orang Cina. Matanya sayu dan hampir-hampir tidak memperlihatkan ekspresi apa-apa, dan dia jarang sekali tersenyum. Dia berpakaian jubah putih dan menggunakan serban lebar berwarna putih juga.

Syaikh Ahmad asy-Syarif dilahirkan pada tahun 1873 di Jaghbub, di mana dia menerima bimbingan pamannya, Sayyid al-Mahdi, ayahnya (Muhammad Syarif), ar-Rifi dan al-Biskiri. Selain itu dia diperkenalkan dengan semua kasus yang dihadapi oleh Thariqat Sanusiyyah pada ketika itu lantaran pamannya memberitahukan hal-hal ini kepadanya, dan sering mengeluarkan perintah melalui dirinya. Ketika Sayyid al-Mahdi pindah ke Qiru di Sudan, Sayyid Ahmad as-Syarif menemaninya, dan di sanalah dia dinyatakan sebagai calon penggantinya, pada ketika pamannya meninggal.

Syekh Ahmad Asy-Syarif mengarang sebuah kitab yang berjulukan Al-Anwarul Qudsiyyah fi Ma'alimith Thariqis Sanusiyyah. Di dalam kitab tersebut Beliau bertanya kepada kakak dari ayahnya Syekh Muhammad al-Mahdi, kepada siapakah Thariqah Sanusiyyah disandarkan sehingga disebut sebagai Thariqah As-Sanusiyyah Al-Idrisiyyah Al-Qadiriyyah An-Nasiriyyah As-Sadziliyyah. Maka dijawab, bahwa semuanya kembali kepada nama 'Al-Muhammadiyyah', yang berarti mengikuti Sunnah baik sedikit maupun banyak. Pada awalnya Thariqah ini merupakan salah satu cabang dari Thariqah Syadziliyyah. Menurut Syekh Ahmad Asy-Syarif As-Sanusi Thariqah ini dibangun atas dasar mengikuti Sunnah dalam perkataan, perbuatan, keadaan, serta membiasakan menyebut shalawat Nabi di aneka macam waktu.

Dalam kitab itu pula diterangkan sumber pengambilan amalan-amalan utama Thariqat Sanusiyyah. Seperti Shalawat Ummiyyah, mempunyai sanad dari Syekh Muhammad bin Ali as-Sanusi yang mendapatkan dari Syekh Ahmad bin Idris, dia dari Syekh Abul Mawahib at-Taziy, dia dari Syekh Muhammad bin Zayyan, dia dari Syekh Muhammad bin Nashir ad-Dar'i. Selain itu Syekh Muhammad bin Ali as-Sanusi mendapatkan pula dari Syekh Muhammad bin Muh. bin Abdus Salam al-Banani, dia dari  Syekh Ahmad bin Muhammad bin Nashir ad-Dar'i, dan dia dari Syekh Muhammad bin Nashir ad-Dar'i.

Sedangkan Shalawat Fatihiyyah, mempunyai sanad dari Syekh Muhammad bin Ali as-Sanusi, dia mendapatkan dari Syekh Ahmad bin Idris, dia dari Syekh Abul Mawahib at-Taziy, dia dari Syekh Abul Abbas ad-Dani al-Fasi, dia dan Syekh at-Taziyyi mendapatkan dari Syekh Abdul Qadir al-Mufti al-Makki, dari Syekh Sa'dud Din bin Sayid Allam Muhammad, kemudian sanadnya bersambungan hingga Syekh Abdul Qadir al-Jaelani.

Maka, tidak semua pengamal Thariqah Idrisiyyah membawakan kedua awrad ini. Sebab mereka tidak mengambil sanad melalui Syekh Muhammad bin Ali as-Sanusi, tapi melalui murid Syekh Ahmad bin Idris lainnya, menyerupai Syekh Ibrahim Ar-Rasyidi, Syekh Muhammad Al-Mirghani, dsb.

6. Umar Al-Mukhtar

SINGA PADANG PASIR DARI THARIQAT SANUSIYYAH

 Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh 6-Tokoh Penting Mursyid Tarekat Al Idrisiyyah
Umar al-Mukhtar-alidrisiyyah.or.id


Anda mungkin pernah menyaksikan film Omar Mukhtar, The Lion of the Desert yang dibintangi sederet pemain drama Barat terkenal: Anthony Quin, Irene Papas, Oliver Reed, dan Rod Steiger.

Film kolosal yang diproduksi Mustapha Akkad, seorang Muslim asal Aleppo, Suriah, ini mengisahkan usaha heroik Umar Mukhtar, seorang tokoh Muslim, melawan tentara pendudukan Italia di Libya. Dengan gagah berani Singa Padang Pasir ini mempertahankan setiap jengkal negerinya dari penjarahan sedadu-serdadu Mussolini yang populer brutal. Beliau gres tertangkap ketika usianya sudah 70 tahun. Siapakah tokoh Thariqat yang begitu populer ini?

************

Umar Mukhtar lahir pada tahun 1862 di Bathafat, Libya Timur. Ia berasal dari suku Munfah. Dia sudah menjadi yatim ketika masih kecil, lantaran ayahnya meninggal dunia pada ketika dia dan ayahnya dalam perjalanan menunaikan ibadah haji. Dalam usia yang masih kecil itu ia sudah berhasil menghafalkan seluruh al Alquran dan mempelajari ilmu agama di tempat kelahirannya, ia berangkat Ke Jaghbub. Di kota ini ia menjadi murid Muhammad Idris putra dari Sayyid Muhammad al Mahdi. Segera sang Gurupun mengetahui kecerdasan muridnya. Tidak absurd bila ketika muridnya selesai mencar ilmu kepadanya, ia mengangkat Umar Mukhtar sebagai guru di tempat Qushur, sebuah kota kecil di tempat Jabal Akhdhar pada tahun 1897.

Umar Mukhtar ialah seorang Da’i Islam yang besar. Dia menyeru kepada Islam, dan menyebarluaskan pikiran-pikiran Islam dengan memberikan bimbingan, penjelasan, dan keteladanan. Dia mempunyai talenta besar. Yang Mahakuasa memberikan kepadanya kemampuan menuntaskan aneka macam perselisihan di kalangan masyarakat dengan cerdas dan piawai. Di sini Umar Mukhtar memperlihatkan perhatiannya yang besar terhadap aneka macam duduk kasus kemasyarakatan. Beberapa tahun kemudian, lantaran keberhasilannya mengarahkan masyarakat sekitarnya, penguasa tempat itu mengangkatnya sebagai penasehatnya.

Saat itu gerakan pendudukan tentara Italia di negerinya semakin menjadi-jadi. Melihat hal itu, Umar Mukhtar terpanggil untuk mempertahankan negerinya. Dengan segera ia menjadi salah seorang tokoh terkenal. Malah, karenanya ia diminta gurunya untuk memimpin perlawanan terhadap penjajah Italia.

Kilas Balik

Perhatian Italia terhadap Libya mulai semenjak 1871. Yakni, sehabis Italia beerhasil mewujudkan kesatuan politiknya. Negeri ini pun mulai mengerlingkan pandangannya ke arah Eropa, tempat Mediteranean dan Afrika. Perhatiannya pertama-tama terarah pada kasus kebudayaan, kesehatan dan ekonomi.

Pada tahun 1910 Italia mengirim sebuah ekspedisi arkeologi ke Libya, ketika itu berada di bawah tempat kesultanan Turki. Untuk meneliti peninggalan purba. Konon, ekspedisi ini juga menyiapkan peta-peta yang memudahkan tentara Italia memasuki Libya. Pada Januari 1911 penguasa Turki di Libya memperingatkan pemerintah pusat di Turki ihwal perilaku Italia yang semakin menaruh perhatian terhadap Libya. Tapi, pemerintah Turki memandang remeh peringatan itu. Sikap pemerintah Turki ini bisa dimengerti, lantaran pemerintah Turki tengah disibukkan oleh aneka macam duduk kasus dalam negeri.

Peringatan itu ternyata benar. Tanpa diduga pada tanggal 29 September 1911 Italia menyatakan perang terhadap Turki di Libya. Pada hari berikutnya skuadron kapal perang Italia mulai memblokade Tripoli, ibukota Libya. Setelah empat hari diblokade, kota itu jatuh. Karena keunggulan kekuatan militer dan teknik serdadu Italia ketika itu, yang berjumlah 40.000 orang, 6.000 di antaranya anggota pasukan artileri, sejumlah kota penting Libya jatuh. Pada simpulan Oktober 1911 hampir sebagian besar tempat pantai negeri ini telah jatuh ke tangan pasukan pendudukan Italia.

Pasukan Turki yang berada di Libya dengan gagah berani berupaya menghadang gerak maju pasukan Italia. Sayang, lantaran jumlahnya sedikit dan dilengkapi dengan peralatan perang yang terbatas, karenanya pada 11 Oktober 1912 mereka terpaksa mendatangi sebuah perjanjian ini, Libya harus diserahkan Turki pada Italia.

Ketika bangsa Libya mengetahui hal itu, merekapun bergerak untuk mempertahankan negeri mereka. Terjadilah penyerangan terhadap pasukan pendudukan Italia. Bantuan sukarelawan berdatangan dari sejumlah negara Arab lain. Sayang, perlawanan ketika itu dilakukan secara acak-acakan. Akibatnya, perlawanan itu dengan gampang dipatahkan lawan.

Setelah pasukan Turki ditarik mundur dari Libya, para pengikut Gerakan Sanusiyyah yang memegang kendali usaha melawan pendudukan Italia. Khususnya di tempat Cyrenayca dan Libya Timur. Di antara tokoh gerakan perlawanan itu ialah Sayyid Ahmad Syarif as Sanusi dan Sayyid Muhammad Idris as Sanusi. Sementara perlawanan di Tripoli di bawah pimpinan Sulaiman al Baruni. Pertempuran yang paling sengit meletus pada bulan April 1915, disebut pertempuran Qardhabiah.

Tampil ke Depan

Pada bulan Oktober 1922 Benito Mussolini (1883 – 1945) berhasil merebut kekuasaan di Italia. Ia melihat Libya merupakan medan yang luas untuk memperlihatkan kekuatannya kepada dunia. Mulailah babak gres pendudukan Italia di Libya.

Dua tahun sebelumnya tercapai perjanjian antara panglima pasukan Italia di Libya dan pemimpin perlawanan Libya dan pemimpin perlawanan Libya, Muhammad Idris as Sanusi. Dalam perjanjian ini, yang disebut dengan ‘Perjanjian Rajmah’, Italia mengakui kedudukan Muhammad Idris as Sanusi sebagai penguasa tempat pedalaman Libya. Sebaliknya ia mengakui kedudukan panglima pasukan Italia sebagai penguasa tempat pantai Libya.

Perjanjian Rajmah tersebut berlaku efektif hingga 1922. Pada tahun itu Mussolini membatalkan perjanjian itu. Penguasa Pendudukan Italia pun menyatakan kekuasaannya mencakup seluruh Libya.

Melihat tindakan Mussolini yang seenaknya itu, Muhammad Idris as Sanusi menyadari, Italia berupaya menyingkirkannya. Iapun menentukan meninggalkan negerinya menuju Mesir, sehabis menyerahkan kepemimpinan perlawanan kepada Umar Mukhtar. Ketika itu Umar Mukhtar telah menjadi salah seorang tokoh Gerakan Sanusiyyah.

Setelah perlawanan terhadap pendudukan Italia berada di tangan Umar Mukhtar, pusat usaha mereka dialihkan ke tempat Cyrenaica. Di tempat itu meletus aneka macam pertempuran sengit, antara para pejuang Libya di bawah pimpinan Umar Mukhtar dan serdadu-serdadu Itallia di bawah komando Jendral Graziani. Dalam pertempuran-pertempuran itu, Cyrenaica menerima gempuran habis-habisan dari pesawat-pesawat tempur dan tank-tank Italia yang menabur kematian. Graziani membentuk “Mahkamah Militer Kilat”.

Dalam mengarahkan gerakan perlawanan Libya, Umar Libya, Umar Mukhtar menentukan Jabal Akhdhar sebagai pangkalan. Karenanya pasukan Italia berupaya memblokadenya dengan menduduki wilayah-wilayah sekitarnya. Misalnya, Ajnabiah dan Jaghbub. Malah, untuk mematahkan perlawanan Umar, Mussolini mengangkat Jendral Padolini sebagai penglima gres pasukan pendudukan Italia.

Dalam menghadapi Umar Mukhtar dan para pengikutnya, Jendreal Padolini pertama-tama membuatkan pamflet-pamflet ke seluruh penjuru Libya. Tapi upaya ini tidak mendatangkan hasil. Melihat kegagalan itu, Padolini mengubah taktiknya. Ia menciptakan sejumlah jalan menuju Jabal Akhdhar guna memudahkan serdadu-serdadunya memburu Umar Mukhtar dan para pejuang Libya lainnya. Ternyata strategi ini juga patah di tengah jalan. Ini lantaran Umar Mukhtar dan para pengikutnya benar-benar menguasai tempat itu. Sehingga dengan gampang mereka melepaskan diri dari sergapan pasukan Italia.

Menolak Berbagai Tawaran Menarik

Melihat kegagalan strategi militer yang ia lakukan, Padolini berganti haluan dengan menggunakan sarana politik. Ia mengajukan sejumlah ajuan yang menarik kepada Umar Mukhtar ddan para pengikutnya, dengan syarat Umar Mukhtar mau berunding. Tapi, Umar Mukhtar menolak semua ajuan itu.

Pada Juni 1930 utusan Padolini kembali menemui Umar Mukhtar, memperlihatkan gencatan senjata. Sekali lagi ajuan itu ditolak Umar Mukhtar, dengan mengajukan sejumlah syarat dan tuntutan yang sulit dipenuhi. Misalnya, kesediaan Italia untuk tidak mencampuri urusan Libya, ratifikasi bahasa Arab sebagai bahasa resmi, dan pendirian sejumlah perguruan tinggi tinggi. Jelas, tuntutan itu ditolak pemerintah Italia.

Melihat ancaman yang semakin meningkat, peenguasa Italia menyadari bahwa impian yang ada terletak pada perlakuan yang baik terhadap Umar Mukhtar dan kesediaannya untuk berunding. Padolini pun mengutus duta kepada Umar Mukhtar, untuk mengemukakan kepadanya bahwa tuntutan-tuntutannya diterima pemerintah Italia. Tapi untuk menandatangani perjanjian di antara kedua belah pihak, perlu diadakan pertemuan antara Umar Mukhtar dan Padolini. Sebagai tempat pertemuan, Padolini mengajukan Kota Bengazi.

Umar Mukhtar ternyata tidak gampang terkecoh. Ia mengetahui maksud yang tersembunyi di balik ajuan itu. Karenanya ia menolak untuk menemui Padolini. Sebagai gantinya ia mengutus Hasan Ridha as Sanusi. Seperti diperkirakan Umar Mukhtar, urusannya dipaksa Padolini untuk menyepakati sebuah perjanjian baru. Dalam perjanjian itu, antara lain Hasan Ridha dan Umar Mukhtar seetiap bulan akan mendapatkan honor sebesar 50.000 franc. Di samping itu Hasan Ridha akan dibuatkan sebuah istana megah di Bangazi. Pemeritah Italia juga menjanjikan akan memugar padepokan Umar Mukhtar, dan membangunkan sebuah rumah dan masjid untuknya.

Jelas, perjanjian itu ditolak Umar Mukhtar. Ia sebarluaskan penolakannya itu di kalangan bangsa Libya. Perangpun pecah kembali. Dalam menghadapi pertempuran yang kembali berkobar, Padolini mengerahkan komando pasukan Italia kepada Jendral Graziani. Graziani segera melancarkan upaya untuk membendung gerak Umar Mukhtar dan para pejuang lainnya. Antara lain dengan menutup sekolah-sekolah dan memaksa penduduk tempat Jabal Akhdhar mengungsi ke wilayah-wilayah yang tandus dan kering kerontang. Akibatnya, banyak di antara mereka yang mati kelaparan. Graziani memerintahkan pemasangan kawat berduri di perbatasan Libya-Mesir, guna menghentikan pinjaman dari negara-negara Arab lain.

Menghadapi tekanan yang semakin keras dan gempuran yang tidak kenal henti itu, Umar Mukhtar dan para pengikutnya kemudian pindah ke tempat yang disebut dengan ‘Gunung Obeid’ dan populer sulit medannya ini mereka jadikan sebagai pangkalan baru. Penduduk tempat ini, yang sebelumnya telah mengalah kepada pasukan pendudukan, malah berhasil dibangkitkan semangatnya untuk turun ke medan laga.

Dihormati lawan

Dengan berpindahnya pangkalan perlawanan, semangat usaha Umar Mukhtar berkobar kembali. Terjadilah serangkaian pertempuran sengit. Yang paling populer ialah ‘pertempuran Rahiba’, yang meletus pada 28 Maret 1927.

Pertempuran Rahiba terjadi sehabis serdadu-serdadu Italia berhasil menguasai sepenuhnya tempat pantai Tripoli dan Bengazi, dan memojokkan para pejuang ke tempat Jabal Akhdhar. Ketika bulan Ramadhan (bertepatan dengan Maret 1927) tiba, Umar Mukhtar dan para pengikutnya lebih banyak menggunakan waktunya untuk melaksanakan aneka macam ibadah menyerupai shalat dan tadarus al Quran. Saat itu seakan terjadi gencatan senjata di kedua belah pihak yang berperang untuk mempersiapkan diri guna menghadapi pertempuran yang bakal terjadi kembali.

Dalam suasana yang hening itu, ada orang yang memberi saran kepada panglima pasukan Italia untuk menyerbu para pejuang. Saran itu disepakati pemerintah Italia. Segera dengan secara rahasia dilakukan persiapan militer besar-besaran selam dua minggu. Pasukan yang terdiri dari lebih seribu orang ini dilengkapi dengan tank-tank dan peralatan perang termodern ketika itu. Pasukan ini kemudian bergerak ke Jabal Akhdhar, dengan rahasia semoga bisa hingga ke ujung tempat itu, sementara pejuang tidak dalam keadaan siap.

Pada suatu pagi di bulan Ramadhan, ketika Umar Mukhtar sedang mendaras al Quran, tiba-tiba sejumlah pesawat tempur Italia melancarkan serangan besar-besaran terhadap tempat-tempat di sekitarnya. Belum lagi ia siap, seorang pengiringnya melaporkan ihwal kedatangan serdadu-serdadu Italia. Atas saran seorang tangan kanannya, iapun membawa para pejuang yang tinggal berjumlah 100 orang ke hutan. Dengan strategi hit and run, karenanya ia dan para pengikutnya berhasil mematahkan serangan dadakan yang dilancarkan serdadu-serdadu Italia. Dalam pertempuran ini korban di pihaknya sekitar 50 orang. Sementara pasukan Italia kehilangan sekitar 300 anggotanya. Kekalahan dalam pertempuran Rahiba ini benar-benar memalukan pasukan pendudukan Italia. Hal ini menciptakan Gubenur Jendral Tirocci melancarkan serentan tindakan militer guna menundukkan Umar Mukhtar dan para pengikutnya. Terjadilah serangkaian pertempuran sengit kembali. Yang paling terkenal, di antara pertempuran-pertempuran itu ialah ‘Pertempuran Kafra’ yang terjadi pada 8 Mei 1931.

Kemenangan Umar Mukhtar dan para pengikutnya dalam pertempuran-pertempuran itu menciptakan namanya terkenal. Tidak hanya di dunia Islam saja, tapi juga di Barat. Apalagi sikapnya yang menghormati dan memperlakukan baik para tawanan, menciptakan Umar Mukhtar dihormati lawan. Sebaliknya ia juga mengakui, tidak semua bangsa Italia baiklah dengan tindakan pasukan Italia di Libya. Sikapnya yang jantan ini menciptakan perjuangannya menerima perhatian banyak pihak di Barat.

Kisah mengharukan Umar Al-Muhktar yang Mati Syahid di Tiang Gantungan

Di antara kebiasaan Umar Mukhtar ialah keluar bahu-membahu beberapa pengawalnya mengelilingi tempat Jabal Akhdhar. Maksudnya untuk mengawasi gerakan serdadu-sedadu Italia. Tapi, terkadang ia kurang berhati-hati. Kerapkali ia melepaskan diri dari pengawalan para pengiringnya. Tidak absurd bila teman-temannya sering memperingatkannya. Meski demikian ia tetap melaksanakan tindakan itu.

Pada Jum’at 12 September 1931 Umar Mukhtar dan 40 orang pengiringnya keluar untuk melaksanakan pengintaian. Pasukan Italia ketika itu telah memasang perangkap di dekat Desa Salanthah, Jabal Akhdhar. Ketika ia dan para pengikutnya tiba di desa itu, tanpa menyadari adanya jebakan tersebut, tiba-tiba mereka telah dikurung oleh ratusan serdadu Italia. Terjadilah pertempuran sengit. Para pengiringnya bertempur hingga mereka semua mati syahid.

Melihat semua pengiringnya telah tewas, Umar Mukhtar yang ketika itu telah berusia 70 tahun tetap bertempur dengan sengitnya. Tiba-tiba kudanya terkena timah panas. Iapun jatuh terpental dari kudanya. Dengan berjalan tertatih-tatih ia menuju ke sebuah pohon, untuk sejenak bernafas. Tapi, segera ratusan serdadu Italia mengurungnya dan menangkapnya.

Umar Mukhtar, dengan pengawalan yang sangat ketat kemudian dibawa ke Marfa’, sebuah kota pelabuhan. Dari sana kemudian ia dibawa ke Benghazi. Kebetulan Jendral Graziani ketika itu sedang berada di Roma. Begitu mendapatkan informasi tertangkapnya Umar Mukhtar, hari itu juga ia pribadi kembali ke Libya dengan menumpang pesawat terbang. Begitu hingga di sana, ia pribadi memerintahkan Umar Mukhtar dihadapkan ke Mahkamah Militer, di bawah pimpinan hakim ketua Marioni1. Umar Mukhtar tampak gagah berani tatkala diadili. Keputusan segera dijatuhkan. Tak ayal lagi eksekusi gantung dijatuhkan terhadap Singa Padang Pasir itu. Mendengar putusan itu Umar Mukhtar berucap: إنا لله وإنا إليه راجعون.

Mereka mendorongnya kepada kematian, namun Umar Mukhtar tidak gentar dan sedih. Dia tidak takut dan gentar menghadapi kematian, lantaran ia sendiri tellah berusaha lebih dari sekali untuk mendapatkannya di medan kemuliaan dan kesatriaan. Tidak satupun kata yang memperlihatkan kelemahan dan keraguan keluar dari mulutnya. Bagaimana tidak, dia ialah singa padang pasir:

Singa mengaum di balik terali besi

Engkau tidak akan melihat singa menangis merunduk.

Pada pagi, Rabu 16 September 1931, yakni empat hari sehabis Umar Mukhtar ditangkap, orang bau tanah pejuang yang telah berumur 90 tahun itu dibawa ke tiang gantungan. Setelah melaksanakan shalat dan mengucapkan dua kalimat syahadat “لآ إله إلا الله محمد رسول الله Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Utusan Allah”, Umar Mukhtar dengan langkah yang hening dan tersenyum menghadap Khaliqnya, diiringi tetesan air mata 20 ribu orag Libya yang ketika itu turut menghadiri kepergian Umar Mukhtar menghadap Tuhannya dan mati syahid di tiang gantungan.

Semoga Yang Mahakuasa merahmati Ahmad Syauqi yang telah berkata untuknya:

Engkau disuruh memilih, maka engkaupun menentukan bermalam dalam keadaan lapar,

Engkau tidak membangun kedudukan atau mengumpulkan kekayaan,

Sesunguhnya pahlawan mati lantaran kehausan, dan bukanlah pahlawan yang minum air dengan sekali tegukan.

Umar Mukhtar dimakamkan di dekat pintu masuk Benghazi Timur. Pada makamnya yang sederhana terukir tulisan: “Lambang kepahlawanan dan kesyahidan: Mujahid Besar Omar Mukhtar, Jumadil Ula 1350 H / 16 September 1931”.

LQ, Batu Tulis, 9 Mei 2001/ 15 Shafar 1422

1 Pengadilannya disebut sebagai ‘Pengadilan Thayyarah’.


Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum!